Ongkos obligasi korporasi meningkat



JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi di sisa tahun ini bakal dihadang tren yield Surat Utang Negara (SUN) yang tengah menanjak. Dalam situasi pasar saat ini, para analis memperkirakan, emiten harus memberikan kupon 2% lebih tinggi dibandingkan saat pasar kondusif.

Seperti diketahui, sepekan terakhir yield SUN tengah menanjak. Padahal semakin tinggi nilai yield SUN, semakin tinggi pula kupon yang harus ditawarkan emiten yang akan menerbitkan obligasi korporasi. Artinya, cost of fund penerbitan akan naik.

Akibat tingginya yield SUN, analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga memperkirakan, emiten mungkin akan menunda penerbitan obligasi korporasi. Tujuannya, menghindari cost of fund yang lebih tinggi. Tapi ada emiten yang terpaksa menerbitkan obligasi korporasi dalam waktu dekat untuk menambal obligasi yang akan jatuh tempo.


“Atau si emiten memang sedang butuh pendanaan dari obligasi," papar Desmon.

Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia Anup Kumar menilai, tren yield SUN tinggi akan berdampak pada emiten yang ingin menerbitkan obligasi dengan menggunakan buku laporan keuangan Desember 2014, tapi belum melewati proses masa bookbuilding.

“Investor akan minta kupon tinggi," ujar Kumar. Namun tetap akan ada emiten yang menerbitkan obligasi. Hal ini jika suku bunga kredit pinjaman bank sebagai pilihan alternatif sumber dana, ternyata lebih tinggi dibandingkan kupon obligasi saat ini. Dengan catatan, emiten membutuhkan dana obligasi sebagai modal kerja maupun refinancing.

Perkiraan Desmon, jika emiten tetap menerbitkan obligasi korporasi di tengah yield SUN tinggi saat ini, emiten harus menambah kupon rata-rata 2% lebih tinggi dibanding saat kondisi pasar obligasi tengah kondusif seperti awal tahun.

Emiten baru akan kembali agresif menerbitkan obligasi jika yield SUN tenor 10 tahun berada di level 8% hingga 8,2%. Nilai ini sudah dianggap wajar oleh emiten. "Yield bisa turun setelah Hari Raya Idul Fitri karena inflasi juga cenderung turun," tambah Desmon.

Kemarin (10/6), Inter Dealer Market Association (IDMA) mencatat, yield SUN tenor 10 tahun di level 8,61%. Desmon mengingatkan, masih ada risiko kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat yang bisa mengerek yield. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) memperlihatkan, adanya emisi Rp 1,56 triliun yang akan jatuh tempo pada sisa semester I-2015.

Obligasi ini terdiri dari 6 emiten dan 6 seri obligasi. Lima dari enam emiten berasal dari sektor multifinance. Sementara Bursa Efek Indonesia (BEI) melansir, periode 1 Januari-9 Juni 2015, total obligasi korporasi yang tercatat mencapai Rp 27,36 triliun. Hasil ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode 1 Januari-6 Juni 2014 yang senilai Rp 15,68 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie