JAKARTA. Industri mainan sedang harap-harap cemas. Semester I-2010 lalu, pemerintah China menaikkan upah buruh sebesar 10%. Di sisi lain, nilai tukar renminbi pun mengalami penguatan. Hal ini berdampak pada kenaikan harga mainan China sebesar 3% sampai 5%."Dalam kondisi itu, mainan Indonesia yang lebih berkualitas dibandingkan dengan mainan China bisa bersaing," ujar Sudarman, Ketua Pemasaran Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI) kepada KONTAN, Rabu (4/8) lalu. Terang saja, hal ini membuat ekspor mainan Indonesia semester I-2010 silam mencapai US$ 150 juta. Nilai ini tumbuh sekitar 10% dibandingkan dengan ekspor mainan semester I-2009.Sayang, kondisi ini diperkirakan tak akan berlangsung lama. Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan penguatan rupiah ternyata bikin eksportir pusing. Maklum, rupiah yang kini bertengger di kisaran Rp 8.928 sampai Rp 8.950 per dolar AS bikin biaya konsumen global terkerek naik. Di sisi lain, TDL yang dijanjikan naik tak lebih dari 18%, ternyata bisa lewat dari 25%.Sudarman menaksir, bila kondisi ini terus berlangsung, mau tak mau produsen menaikkan harga jualnya sekitar 8%. Kalau sudah begini, Sudarman tak yakin produk Indonesia lebih dipilih ketimbang produk China di semester II-2010. Kenaikan harga ini menurut Sudarman, membuat pasar global kembali melirik produk mainan dari China, Thailand, dan Vietnam.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ongkos Produksi Mainan China Naik, Harga Ikut Naik
JAKARTA. Industri mainan sedang harap-harap cemas. Semester I-2010 lalu, pemerintah China menaikkan upah buruh sebesar 10%. Di sisi lain, nilai tukar renminbi pun mengalami penguatan. Hal ini berdampak pada kenaikan harga mainan China sebesar 3% sampai 5%."Dalam kondisi itu, mainan Indonesia yang lebih berkualitas dibandingkan dengan mainan China bisa bersaing," ujar Sudarman, Ketua Pemasaran Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI) kepada KONTAN, Rabu (4/8) lalu. Terang saja, hal ini membuat ekspor mainan Indonesia semester I-2010 silam mencapai US$ 150 juta. Nilai ini tumbuh sekitar 10% dibandingkan dengan ekspor mainan semester I-2009.Sayang, kondisi ini diperkirakan tak akan berlangsung lama. Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan penguatan rupiah ternyata bikin eksportir pusing. Maklum, rupiah yang kini bertengger di kisaran Rp 8.928 sampai Rp 8.950 per dolar AS bikin biaya konsumen global terkerek naik. Di sisi lain, TDL yang dijanjikan naik tak lebih dari 18%, ternyata bisa lewat dari 25%.Sudarman menaksir, bila kondisi ini terus berlangsung, mau tak mau produsen menaikkan harga jualnya sekitar 8%. Kalau sudah begini, Sudarman tak yakin produk Indonesia lebih dipilih ketimbang produk China di semester II-2010. Kenaikan harga ini menurut Sudarman, membuat pasar global kembali melirik produk mainan dari China, Thailand, dan Vietnam.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News