DAVOS. Perusahaan-perusahaan energi dunia yang berkumpul di World Economic Forum di Davos, Swiss, mendesak OPEC untuk memangkas produksinya agar harga minyak tidak terus turun. Namun OPEC menegaskan akan tetap pada keputusannya dan tidak mau melakukan intervensi terhadap penurunan harga minyak tersebut. Para perusahaan energi ini khawatir penurunan harga minyak akan dimanfaatkan oleh kartel yang bisa menyebabkan penurunan pasokan, sehingga tidak ada lagi yang mau berinvestasi di sektor ini. Seperti diketahui sejak Juni 2014 lalu, harga minyak terus mengalami penurunan dan saat ini sudah berada dibawah US$ 50 per barel akibat pasokan yang besar, terutama karena kenaikan produksi serta melemahnya permintaan global. Penurunan harga minyak yang begitu cepat ini membuat negara produsen minyak yang lebih kecil terguncang dan perusahaan-perusahaan minyak memangkas anggaran. Claudio Descalzi, CEO Eni, perusahaan energi asal Italia, memperingatkan bahwa penurunan investasi yang terjadi saat ini akan berdampak pada produksi minyak di masa yang akan datang. Tanpa investasi kata dia, akan menyebabkan kekurangan pasokan dan kenaikan harga yang sangat tinggi yaitu mencapai US$ 200 per barel dalam beberapa tahun ke depan. Dan kata dia, sudah menjadi tugas OPEC bertindak untuk memulihkan stabilitas harga minyak. "Apa yang kita butuhkan adalah stabilitas. OPEC seperti bank sentralnya minyak, harus memberikan stabilitas harga agar industri dapat berinvestasi dengan cara biasa," kata Descalzi, seperti dikutip dari Reuters. Dia memperkirakan harga minyak akan tetap rendah untuk 12-18 bulan ke depan, setelah itu produksi minyak mulai turun dan harganya akan naik. Patrick Pouyanne CEO Total (Prancis) mendukung pernyataan Descalzi. Menurutnya setiap tahun ada penurunan produksi sekitar 5% di setiap kilang minyak. Itu artinya pada 2030, lebih dari separuh produksi minyak akan hilang jika tidak ada investasi baru. “Ada sejumlah uang yang harus diinvestasikan untuk bisa mendapatkan separuh dari produksi itu kembali," tegas Pouyanne. Penurunan harga minyak yang drastis ini pun membuat Total tahun ini memangkas belanja modalnya (capex) hingga 10% dari 2014. Tahun lalu capex Total nilainya sekitar US$ 26 miliar. Selain Total, perusahaan energi lainnya seperti BP dan ConocoPhillips juga telah memangkas anggaran investasi di 2015.
OPEC dan perusahaan minyak 'bentrok' di Davos
DAVOS. Perusahaan-perusahaan energi dunia yang berkumpul di World Economic Forum di Davos, Swiss, mendesak OPEC untuk memangkas produksinya agar harga minyak tidak terus turun. Namun OPEC menegaskan akan tetap pada keputusannya dan tidak mau melakukan intervensi terhadap penurunan harga minyak tersebut. Para perusahaan energi ini khawatir penurunan harga minyak akan dimanfaatkan oleh kartel yang bisa menyebabkan penurunan pasokan, sehingga tidak ada lagi yang mau berinvestasi di sektor ini. Seperti diketahui sejak Juni 2014 lalu, harga minyak terus mengalami penurunan dan saat ini sudah berada dibawah US$ 50 per barel akibat pasokan yang besar, terutama karena kenaikan produksi serta melemahnya permintaan global. Penurunan harga minyak yang begitu cepat ini membuat negara produsen minyak yang lebih kecil terguncang dan perusahaan-perusahaan minyak memangkas anggaran. Claudio Descalzi, CEO Eni, perusahaan energi asal Italia, memperingatkan bahwa penurunan investasi yang terjadi saat ini akan berdampak pada produksi minyak di masa yang akan datang. Tanpa investasi kata dia, akan menyebabkan kekurangan pasokan dan kenaikan harga yang sangat tinggi yaitu mencapai US$ 200 per barel dalam beberapa tahun ke depan. Dan kata dia, sudah menjadi tugas OPEC bertindak untuk memulihkan stabilitas harga minyak. "Apa yang kita butuhkan adalah stabilitas. OPEC seperti bank sentralnya minyak, harus memberikan stabilitas harga agar industri dapat berinvestasi dengan cara biasa," kata Descalzi, seperti dikutip dari Reuters. Dia memperkirakan harga minyak akan tetap rendah untuk 12-18 bulan ke depan, setelah itu produksi minyak mulai turun dan harganya akan naik. Patrick Pouyanne CEO Total (Prancis) mendukung pernyataan Descalzi. Menurutnya setiap tahun ada penurunan produksi sekitar 5% di setiap kilang minyak. Itu artinya pada 2030, lebih dari separuh produksi minyak akan hilang jika tidak ada investasi baru. “Ada sejumlah uang yang harus diinvestasikan untuk bisa mendapatkan separuh dari produksi itu kembali," tegas Pouyanne. Penurunan harga minyak yang drastis ini pun membuat Total tahun ini memangkas belanja modalnya (capex) hingga 10% dari 2014. Tahun lalu capex Total nilainya sekitar US$ 26 miliar. Selain Total, perusahaan energi lainnya seperti BP dan ConocoPhillips juga telah memangkas anggaran investasi di 2015.