KONTAN.CO.ID - JAKARTA. OpenAI, perusahaan yang dipimpin oleh CEO Sam Altman, baru saja mengumumkan penggalangan dana sebesar US$6,6 miliar, yang menjadikan valuasinya melonjak menjadi US$157 miliar. Angka ini menempatkan OpenAI di antara startup teknologi terdepan yang mendorong valuasi perusahaan swasta ke tingkat yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan harapan besar para investor terhadap ledakan AI generatif yang dipicu oleh peluncuran ChatGPT pada tahun 2022.
Keberhasilan Pendanaan dan Tujuan Strategis
Dalam pengumumannya, OpenAI menyatakan bahwa pendanaan baru ini akan digunakan untuk memperkuat posisi mereka dalam penelitian AI yang mutakhir, meningkatkan kapasitas komputasi, dan terus membangun alat yang membantu orang menyelesaikan masalah kompleks.
Baca Juga: Pendapatan OpenAI Diprediksi Capai US$ 11,6 Miliar di 2025 Dengan pendanaan ini, OpenAI semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu startup paling berharga di dunia, hanya kalah dari pemilik TikTok, ByteDance, yang memiliki valuasi US$225 miliar, dan perusahaan eksplorasi luar angkasa Elon Musk, SpaceX, yang bernilai US$200 miliar. OpenAI tidak mengungkapkan identitas para investor dalam putaran pendanaan ini. Namun, firma modal ventura Thrive Capital telah mengkonfirmasi bahwa mereka memimpin putaran ini. Investor lain yang dilaporkan ikut serta termasuk Khosla Ventures, Altimeter Capital, Fidelity, SoftBank, MGX yang berbasis di Abu Dhabi, serta produsen chip AI Nvidia dan Microsoft, yang sebelumnya telah berinvestasi sebesar US$13 miliar di OpenAI.
Tantangan Internal dan Persaingan di Pasar
Meskipun mengalami kesulitan internal, termasuk serangkaian pengunduran diri tinggi dan persaingan yang meningkat dari perusahaan seperti Google dan Meta, investor tetap antusias untuk berinvestasi di OpenAI. CEO Sam Altman telah menghadapi tantangan yang signifikan, termasuk pemecatan dan pengembalian dirinya dalam waktu lima hari akibat kudeta di dewan direksi. Belakangan ini, posisi perusahaan semakin tertekan ketika CTO OpenAI, Mira Murati, mengundurkan diri dengan alasan ingin menciptakan waktu untuk eksplorasi pribadi. Selain itu, beberapa orang dalam perusahaan mengkhawatirkan bahwa komitmen OpenAI terhadap keselamatan mungkin tergeser oleh dorongan untuk merilis produk baru sebelum pesaing.
Baca Juga: Microsoft Kembali Luncurkan Anggaran Buyback Saham Basis Pengguna dan Proyeksi Pendapatan
OpenAI mengklaim bahwa lebih dari 250 juta orang di seluruh dunia menggunakan ChatGPT setiap minggu. Meskipun perusahaan ini tidak mengungkapkan hasil keuangannya, laporan New York Times menunjukkan bahwa pendapatan bulanan OpenAI mencapai US$300 juta pada bulan Agustus dan memproyeksikan pendapatan sebesar US$11,6 miliar pada tahun depan. Dengan valuasi baru US$157 miliar, investor menghargai perusahaan ini sekitar 13 kali lipat dari proyeksi pendapatan tahun depan. Sebagai perbandingan, perusahaan induk Google, Alphabet, diperdagangkan di pasar publik pada 5,3 kali lipat dari proyeksi pendapatan tahun depan, sedangkan Nvidia berada di sekitar 16 kali lipat.
Komitmen Terhadap Kecerdasan Umum Buatan
Dalam pernyataannya, OpenAI merujuk pada prinsip pendiriannya yang bertujuan untuk memastikan bahwa kecerdasan umum buatan (AGI) membawa manfaat bagi seluruh umat manusia. AGI adalah konsep yang masih teoretis tentang sistem AI yang dapat menangani tugas dengan cara yang sama baiknya atau lebih baik daripada manusia.
Baca Juga: Hampir 70% Portofolio Yayasan Bill Gates Diinvestasikan pada Tiga Saham Ini Potensi bahaya dari AGI adalah salah satu alasan OpenAI didirikan pada tahun 2015, di mana Altman, Elon Musk, dan para pendiri lainnya ingin menciptakan penyeimbang terhadap DeepMind milik Google, yang mereka khawatirkan akan mengembangkan AGI berdasarkan kepentingan komersial semata. Namun, Musk, yang kemudian meninggalkan OpenAI, telah mengkritik perusahaan tersebut karena dianggap meninggalkan misi awalnya, meskipun ia kini menjalankan bisnis AI-nya sendiri, xAI.
Editor: Handoyo .