Operasional PLTU Batang mundur, Adaro Energy (ADRO) lakukan evaluasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jadwal operasi komersial atau commercial operation date (COD) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang tertunda. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sedang melakukan evaluasi dan memonitor perkembangan terkini agar waktu penundaan bisa terminimalkan.

"Sesuai laporan yang kami sampaikan bahwa evaluasi sedang dilakukan untuk meminimalkan penundaan ini," kata Head of Corporate Communications Adaro Energy, Febriati Nadira saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (17/8).

Dalam laporan semester I-2020 manajemen ADRO kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) disebutkan, pada akhir Juni 2020, perkembangan konstruksi pembangkit listrik PT Bhimasena Power Indonesia telah mencapai 94%. COD unit pertama telah ditunda dan penyelesaian konstruksi pembangkit juga mungkin akan tertunda.


Asal tahu saja, PLTU yang sedang dikerjakan ADRO melalui anak usahanya, PT Adaro Power memiliki kapasitas jumbo, yakni 2 x 1.000 MW. PLTU tersebut berlokasi di Batang, Jawa Tengah yang dibangun oleh PT Bhimasena Power Indonesia (BPI).

Baca Juga: Produksi dan penjualan batubara Adaro Energy (ADRO) merosot di paruh pertama 2020

BPI merupakan perusahaan patungan yang didirikan oleh tiga perusahaan: Electric Power Development Co., Ltd (J-Power), PT Adaro Power, dan Itochu Corporation (Itochu). Dalam catatan Kontan.co.id, awalnya PLTU ini ditargetkan sudah mulai beroperasi pada medio tahun 2020.

Sayangnya, Nadira tidak membeberkan dengan detail penyebab dari penundaan COD PLTU batubara ini. Yang jelas, katanya, ADRO masih memonitor kondisi dan perkembangan terkini. "Jadi kita masih monitor dan akan sampaikan perkembangan selanjutnya," sebut Nadira.

Meski begitu, dari lini bisnis dan proyek kelistrikan secara keseluruhan, ADRO mengklaim kinerja hingga semester I-2020 cukup solid. Hal itu tergambar dari PT Makmur Sejahtera Wisesa (MSW) yang mencapai faktor ketersediaan aktual 92,4% pada 1H20, dibandingkan target yang ditetapkan sebesar 91,8%.

Sementara itu, PT Tanjung Power Indonesia (TPI) melanjutkan perkembangan yang menjanjikan, dengan mencapai faktor ketersediaan 98,1% pada 1H20, dibandingkan target 85,3%.

ADRO melalui Adaro Power juga terus mempelajari proyek-proyek energi terbarukan seperti biomassa, tenaga angin,dan sel surya untuk mendukung PLN melalui unsolicited proposal dan tender. Selain itu, Adaro Power sedang mengembangkan proyek pembangkit listrik dengan kepastian penggunaan bagi unit bisnis Grup Adaro lainnya.

Saat ini, rencana Adaro Power untuk meningkatkan kapasitas sel surya di Terminal Khusus Batubara Kelanis sedang dalam fase studi teknis dan finalisasi kontrak EPC. Melalui ekspansi ini, kapasitas sel surya akan meningkat dari 130 kWp menjadi 597 kWp.

Di sisi lain, ADRO telah memangkas sejumlah target pada tahun ini, termasuk anggaran untuk belanja modal. Sekretaris Perusahaan ADRO Mahardika Putranto dalam laporan aktivitas kuartal II 2020 kepada Bursa Efek Indonesia mengungkapkan bahwa kondisi pasar yang kurang kondusif telah mendorong ADRO merevisi panduan tahun 2020 menjadi sebagai berikut:

  • Produksi 52 juta ton - 54 juta ton
  • Operasional EBITDA US$ 600 juta - US$ 800 juta
  • Belanja modal: US$ 200 juta - US$ 250 juta.
Di awal tahun, ADRO menargetkan produksi di angka 54 juta ton - 58 juta ton. Sedangkan untuk EBITDA operasional direncanakan sebesar US$ 900 juta - US$ 1,2 miliar. Sedangkan untuk belanja modal dianggarkan dalam rentang US$ 300 juta - US$ 400 juta.

Baca Juga: Pasar tak kondusif, Adaro Energy (ADRO) pangkas target EBITDA, capex hingga produksi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat