KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menggelar
initial public offering (IPO) pada 23 September mendatang, perusahaan pioneer besi
scrap kapal bekas PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) targetkan pertumbuhan labanya bisa tumbuh
double digit hingga 57% di 2020. Optima Prima menargetkan bisa membukukan laba sebesar Rp 7,24 miliar dan pada 2020 diproyeksikan akan tumbuh sampai Rp 11,43 miliar. Laju pertumbuhan majemuk tahunan atau
compound annual growth rate (CAGR) labanya lima tahun ke depan akan tumbuh sebesar 32,43%. Adapun proyeksi penjualannya ikut tumbuh dua digit 33,01% yoy menjadi Rp 141,98 miliar dari sebelumnya Rp 106 miliar di 2019. Selama lima tahun ke depan CAGR penjualannya ditargetkan sebesar 23,97%.
Direktur Utama OPMS Meilyna Widjaja menyatakan, pertumbuhan laba itu disokong oleh penyerapan seluruh dana IPO untuk pembelian kapal bekas. Hingga akhir 2019, OPMS telah menargetkan produksi besi
scrap sebanyak 24.000 ton dari sebelumnya 21.000 ton di 2018.
Baca Juga: Optima Prima Metal Sinergi (OPMS) patok harga penawaran IPO Rp 125-Rp 135 per saham “Sampai saat ini sudah ada dua mitra yang sudah meneken MoU dengan Optima Prima sebagai penyedia kapal bekas. Keduanya adalah PT Ersihan Satya Pratama dan PT Candi Pasifik,” kata Meilyna dalam paparan publik, Senin (26/8). Meilyna menyatakan, sampai saat ini banyak perusahan yang tertarik untuk bekerja sama. Menjelang akhir Agustus, sudah ada dua sampai tiga perusahaan penyedia kapal bekas dalam negeri yang sudah mendaftar. Tapi, Meilyna belum bisa membuka siapa saja perusahaan tersebut. Walaupun bisa menargetkan produksi besi
scrap hingga akhir tahun, Meilyna tidak bisa menargetkan berapa banyak kapal bekas yang akan dibeli sampai akhir tahun nanti. Sebab menurutnya pembelian kapal tergantung kesepakatan yang dinilai dari lengkapnya surat-surat serta besar dan beratnya kapal. Meilyna bilang selama ini OPMS fokus membeli kapal bekas yang dengan
gross tonnage (GT) di rentang 1.000 GT-10.000 GT. Kapal paling besar yang dibeli Optima Prima seberat 6.000 GT sampai 8.000 GT. Sampai dengan semester I 2019, OPMS sudah memproduksi 12.000 ton besi bekas sehingga capaian ini sudah setengah dari target yang ditentukan sejak awal. Lewat keterangan ini, kemungkinan di paruh kedua 2019 Optima Prima akan menambah pembelian dua kapal lagi untuk memenuhi target produksi. Harga pembelian kapal dihitung berdasarkan berat kapal dengan harga yang dipatok Rp 3.250 per kilogram. Adapun, besi
scrap yang diperoleh dari pemotongan kapal tersebut dijual dengan harga sekitar Rp 5.200 per kilogram.
Baca Juga: Semester I-2019, Optima Prima produksi 12.000 ton besi scrap Lewat pembelian bangkai kapal itu, Meilyna menyatakan Optima Prima tidak hanya menjual besi scrapnya saja, tapi juga mesin dan aksesoris kapal. Penjualan besi scrap berkontribusi 85% dari total penjualan adapun penjualan mesin dan aksesoris hanya berkontribusi 15% saja. Asal tahu saja, selain pembelian kapal bekas, salah satu sumber OPMS mendapat besi bekas juga dari proyek infrastruktur seperti dari proyek PT Wijaya Karya Tbk dan PT Adhi Precast Tbk. Walapun kontribusinya masih di bawah 5% Optima Prima juga membuka kemungkinan bisa mendapat besi bekas dan cetakan besi untuk nantinya dijual lagi ke perusahaan peleburan. Meilyna optimistis target pertumbuhan penjualan dan laba
double digit dapat tercapai karena Optima Prima punya beberapa keunggulan, salah satunya kualitas besi scrapnya mengungguli besi scrap impor China yang paling banyak memasok besi bekas ke Jawa Timur sebagai pusat peleburan besi.
Baca Juga: Siapkan IPO Anak Usaha, Grup Wilmar Makin Agresif Gelar Ekspansi di China premium China yang paling banyak memenuhi kebutuhan Jika dibandingkan dengan besi scrap yang diimpor dari China dan negara dari Timur Tengah kualitasnya kurang karena kebanyakan yang dipasok adalah besi seng tipis. Sedangkan besi kualitas terbaik adalah dari bekas kapal. Adapun dengan gencarnya pembangunan infrastruktur di lima tahun mendatang bisa menjadi katalis positif bagi Optima Prima. Sebab kebutuhan akan besi scarp akan semakin meningkat dan tentunya akan menambah permintaan cukup banyak. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati