Optimis pada Jokowi, keyakinan konsumen meningkat



JAKARTA. Setelah sebelumnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan September turun, keyakinan konsumen pada bulan Oktober naik. Keyakinan ini didorong ekspetasi konsumen yang baik pada aspek kegiatan dunia usaha. Bank Indonesia (BI) mencatat IKK pada bulan Oktober 2014 naik tipis dari September sebesar 119,8 ke 120,6. Sebelumnya IKK September turun dari bulan Agustus yang berhasil mencapai 120,2. Peningkatan konsumen yang terjadi pada bulan Oktober ini didorong oleh optimisme konsumen terhadap ekonomi enam bulan mendatang. Meskipun sekarang ini kondisi ekonomi sedang melemah. Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) pada Oktober dibanding kondisi enam bulan lalu turun 2,5 poin menjadi 113,3. Pelemahan IKE disebabkan oleh penurunan indeks pada ketersediaan lapangan kerja yang turun hingga 4,8 poin Konsumen berharap ada peningkatan proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah. Pembangunan infrastruktur dapat memicu ekonomi Indonesia lebih baik lagi. "Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang semakin menguat," tulis BI dalam laporan IKK Oktober, Selasa (4/11). Peningkatan IEK masih didorong ekspetasi peningkatan ketersediaan lapangan usaha dan pembangunan infrastruktur. Meskipun dalam hal ini, konsumen memperkirakan adanya tekanan kenaikan harga enam bulan mendatang akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Ekonom Institute for Development Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati berpendapat potensi keyakinan konsumen terhadap Indonesia ada peluang untuk terus naik. Optimisme menyambut pemerintahan baru menjadi alasan. Maka dari itu, pemerintahan baru harus meningkatkan infrastruktur. Infrastruktur menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih baik. "Kalau infrastruktur dibangun akan dorong efisiensi. Efisiensi tingkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi," terang Enny. Maka dari itu, Enny menekankan pemerintahan Jokowi perlu memperbaiki iklim usaha termasuk pemenuhan kebutuhan energi listrik. Menurut Enny, selama ini investor banyak yang tidak bisa merealisasikan investasinya di tanah air lantaran tidak terpenuhinya kebutuhan listrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan