Optimisme bank di tengah perlambatan kredit



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) pada akhir pekan lalu, memprediksi bahwa pertumbuhan kredit perbankan sampai akhir tahun akan berada di angka 7%-9% yoy. Prediksi pertumbuhan kredit BI ini didasarkan pada revisi pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun sebesar 5,0%-5,4%. Prediksi tersebut turun dari sebelumnya di level dobel digit. 

Meski begitu, beberapa bankir pada akhir semester II 2016 masih optimistis pertumbuhan kredit bisa mencapai 11% yoy. Optimisme bankir ini terlihat dari rancangan bisnis bank (RBB) terakhir yang diserahkan bank kepada OJK. Jika dilihat, target pertumbuhan kredit OJK 11% yoy dari RBB bank ini lebih tinggi dari prediksi pertumbuhan kredit Bank Indonesia sampai akhir tahun.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, kinerja bank pada Agustus 2016 sudah membaik ditunjukkan dengan kredit yang sudah mencapai angka 9% sampai 10%. Memang, Muliaman menjelaskan kinerja bank pernah mencapai titik rendah pada Mei 2016 disebabkan karena NPL yang mendaki di angka 3,1%. “Namun sekarang semua indikator seperti kredit, DPK, dan NPL sudah membaik,” ujar Muliaman kepada KONTAN, Selasa, (23/8).


Muliaman mengatakan, beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan kredit perbankan pada akhir tahun diantaranya adalah insentif Loan to Value (LtV) yang dikeluaran BI. Hal ini diprediksi bisa membangkitkan bisnis properti yang sempat loyo.

Dorongan pertumbuhan kredit, menurut Muliaman juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas kredit. Hal ini dilihat dari proses restrukturisasi kredit yang sudah dilakukan di beberapa sektor berisiko seperti tambang. Selain itu, OJK juga mendorong bank untuk membuat rencana aksi bagaimana cara menurunkan NPL. Rencana aksi tersebut menurut Muliaman harus dicantumkan dalam RBB bank.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Nelson Tampubolon menjelaskan, perbedaan target kredit antara OJK dan BI adalah karena dasar yang yang dipakai berbeda. Nelson mengatakan, OJK menetapkan target kredit dari hasil kompilasi RBB dari seluruh bank, termasuk yang direvisi pada akhir Juni 2016. “Kalau Bank Indonesia, mungkin mereka melakukan penilaian dari waktu ke waktu dengan melihat perkembangan yang ada,” ujar Nelson kepada KONTAN, Rabu, (24/8).

Berdasarkan RBB, Nelson mengatakan beberapa sektor yang masih dipilih bank untuk meningkatkan penyaluran kredit pada semester II 2016 adalah kredit konsumsi, investasi dan modal kerja. Khusus modal kerja menurut Nelson diprediksi porsinya agak lebih besar dari dua segmen kredit yang lain.

Berdasarkan realisasi kinerja bank besar semester I 2016 tercatat dari 10 bank besar ada 5 bank yang mencatatkan pertumbuhan kredit double digit. Pertumbuhan kredit tertinggi pertama kedua dan ketiga ditempati masing-masing oleh BNI, BTN dan BRI yaitu masing-masing sebesar 23,72% yoy, 18,39% yoy dan 17,3% yoy.

PT Bank Negara Indonesia Tbk mencatat pertumbuhan kredit pada semester 1 2016 sebesar 23,72% yoy. Pertumbuhan kredit ini utamanya dikontribusikan dari bisnis internasional bisnis, bisnis banking, dan konsumer. “Pada semester II, startegi kami adalah fokus ke infrastruktur dan manufaktur dan agribisnis,” ujar Herry Sidharta, Direktur Korporasi BNI kepada KONTAN.

Direktur Keuangan dan Treasury BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan untuk semester II, kredit yang berkaitan dengan perumahan seperti konstruksi, KPR subsidi dan non subsidi masih akan menjadi penopang pertumbuhan kredit semester II 2016. “Tidak ada revisi target kredit di RBB, target pertumbuhan kredit yg tinggi kami karena market kami adalah MBR yang masih berpotensi tumbuh,” ujar Iman kepada KONTAN.

Adapun Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk menyampaikan, pihaknya telah melakukan revisi target pertumbuhan kredit masih di dobel digit yakni sebesar 10%-12% di tahun 2016 ini dari sebelumnya 12%-13%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini