KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada Q2-2019 naik menjadi sebesar 108,81. Sementara Indeks Tendensi Konsumen pada Q2-2019 juga naik menjadi 125,86. Menurut Direktur Riset CORE Piter Abdullah, hal ini disebabkan oleh membaiknya ekspektasi pasar terhadap perekonomian setelah proses pemilu. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, berakhirnya pemilu membuat kepastian untuk berusaha makin besar sehingga wajar bila tendensi naik.
Baca Juga: Core: Perang dagang jadi tantangan bagi indeks tendensi bisnis dan konsumen Meski demikian, BPS memprediksi pada Q3-2019, ITB dan ITK akan terkontraksi di angka masing-masing 105,46 dan 104,35. Piter masih optimistis ITB dan ITK bakal meningkat. Hanya saja dibutuhkan usaha pemerintah dalam menjaga proses transisi, khususnya dalam pemilihan kabinet.
Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi diramal bakal loyo sampai akhir 2019 "Keberhasilan memilih tim kabinet ini sangat penting, agar momentum pembangunan bisa dimanfaatkan lebih optimal," kata Piter kepada Kontan.co.id pada Senin (5/8). Selain masalah tim kabinet, penyusunan strategi oleh pemerintah juga merupakan hal yang sangat penting. Pemerintah harus bisa meyakinkan pasar sehingga confident pasar bisa meningkat. Bila confident pasar meningkat, otomatis ITB dan ITK juga meningkat.
Baca Juga: BPS: Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Q2-2019 naik menjadi 125,68 Seperti Piter, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga melihat adanya peningkatan ITB dan ITK ke depannya. Pertimbangannya adalah daya beli masyarakat yang masih relatif stabil dan tingkat inflasi yang relatif rendah. Tantangannya adalah dalam penyusunan kabinet yang bisa mempengaruhi investasi ke depan. Selain itu, upaya pemerintah bisa menjaga angka pengangguran.
Baca Juga: BPS: Indeks Tendensi Bisnis di kuartal III 2019 akan menurun ke angka 105,46 Dari sisi konsumsi, pemerintah juga diwajibkan untuk menjaga daya beli konsumen. "Biasanya konsumen pertanyaannya terkait obral-obral ekonomi sama keinginan mereka membeli barang durable, serta keyakinan para konsumen terkait pendapatan mereka ke depannya," kata David. Sementara Ade sejalan dengan BPS. Ia memandang akan terjadi penurunan hingga Q4. Pertimbangannya adalah realisasi dari berbagai pemangkasan dalam berbagai hal, baik perizinan maupun kepastian dalam berusaha. Itu merupakan "PR" pemerintah yang harus dilaksanakan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto