Optimistis Cetak Kinerja Positif, Pengembang Kawasan Industri Perkuat Bisnis di 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis pengelolaan kawasan industri tampak terus berkembang di Tanah Air. Hal ini seiring meningkatnya permintaan lahan di kawasan industri dari para investor, baik lokal maupun mancanegara.

Sanny Iskandar, Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) mengatakan, minat para investor untuk datang dan membeli lahan di berbagai kawasan industri cenderung tumbuh positif. Hanya, harus diakui bahwa proses negosiasi sampai terjadinya transaksi penjualan lahan kawasan industri biasanya memakan waktu yang cukup lama.

Apalagi, dengan adanya risiko ketidakpastian global, maka para investor tentu harus mempertimbangkan banyak hal sebelum benar-benar ekspansi mengembangkan bisnisnya di suatu kawasan industri.


“Keberlangsungan usaha membutuhkan situasi ekonomi yang kondusif dan jaminan keamanan,” kata dia, Jumat (30/6) malam.

Di samping itu, calon tenant kawasan industri juga akan mempertimbangkan aspek kepastian hukum terkait tata ruang dan pertanahan, perizinan usaha, hingga sinkronisasi peraturan antar kementerian/lembaga ataupun pemerintah pusat dan daerah. Hal-hal demikian bisa mempengaruhi proses transaksi jual-beli lahan kawasan industri.

Secara umum, Sanny menilai, sektor-sektor yang cukup ekspansif di kawasan industri saat ini antara lain pusat data (data center), makanan-minuman, sarana kesehatan, bahan kimia, dan kendaraan bermotor, termasuk yang berorientasi elektrifikasi.

Baca Juga: Intiland: Bisnis Pengelolaan Kawasan Industri Memiliki Prospek yang Cukup Menjanjikan

Merujuk data Kementerian Perindustrian, saat ini total perusahaan kawasan industri yang memiliki Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) tercatat sebanyak 129 kawasan industri dengan luas lahan mencapai 73.365 hektare (Ha).

Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) Bakhtiyar Effendi menilai, tren penjualan lahan di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang cukup positif sampai saat ini. Dalam hal ini, penyerapan lahan di sana diklaim mencapai 100 hektare (Ha) per tahun.

Sampai saat ini, terdapat 13 tenant yang menempati fase 1 KIT Batang. Memasuki fase 2, sudah ada 2 tenant yang memastikan diri telah bergabung dengan KIT Batang. Selain itu, terdapat lebih dari 20 calon tenant yang siap berinvestasi di KIT Batang fase 2.

“Tenant-tenant tersebut berasal dari berbagai negara, yaitu Korea Selatan, Belanda, Amerika Serikat, Taiwan, Singapura, China, dan termasuk Indonesia,” ujar dia, Jumat (30/6).

Sesuai dengan arahan pemerintah, KIT Batang diperuntukkan bagi investor dari sektor industri yang berteknologi tinggi, industri ramah lingkungan, industri berorientasi ekspor, dan industri padat karya yang dapat menyerap lapangan kerja sebanyak-banyaknya.

Meski tidak buka-bukaan realisasi investasinya, PTPP menyebut bahwa pembangunan sejumlah infrastruktur di KIT Batang. Di antaranya adalah pematangan lahan, pembangunan jalan kawasan dan akses tol, hingga pembangunan rumah susun pekerja dalam KIT Batang.

Pada akhir tahun nanti, fasilitas-fasilitas infrastruktur lainnya di KIT Batang seperti air bersih, pengolahan air limbah, listrik, dan gas diproyeksikan akan segera rampung.

 
DILD Chart by TradingView
Sementara itu, PT Intiland Development Tbk (DILD) yang mengelola Batang Industrial Park (BIP) juga optimistis dengan prospek pengembangan kawasan industri.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Development Archied Noto Pradono mengatakan, pihaknya menargetkan penjualan lahan di BIP sekitar 15 hektare (Ha) sampai 20 Ha pada 2023.

“Penjualan lahan saat ini memang belum banyak, tapi pertumbuhannya cukup positif karena banyak inquiry dari calon tenant yang masih kami tindak lanjuti,” ungkap dia, Selasa (27/6) lalu.

Peminat lahan di BIP berasal dari berbagai sektor industri, antara lain konsumer, alas kaki, kemasan, dan lain-lain. Investor di kawasan industri tersebut juga ada yang berasal dari dalam negeri maupun mancanegara. Beberapa perusahaan pun sudah ada yang memastikan membangun pabriknya di BIP, salah satunya adalah PT Nestle Indonesia.

Archied melanjutkan, untuk memperkuat bisnisnya di sektor kawasan industri, DILD berusaha memastikan kualitas layanan dan fasilitas yang prima kepada para tenant.

Sebelum BIP, DILD juga pernah mengembangkan kawasan industri di Mojokerto, Jawa Timur yang bernama Ngoro Industrial Park. Kawasan industri ini berdiri sejak 1991 dan memiliki luas lahan 480 Ha.

Dalam situs resminya, Ngoro Industrial Park menjadi rumah bagi sejumlah pabrik yang bergerak di sektor makanan-minuman, suku cadang kendaraan, tas, ubin keramik, kimia, pengolahan makanan, produk higienis, pengolahan tembakau, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Puradelta Lestari (DMAS) Kembangkan Lahan Seluas 300 Ha untuk Pusat Data

PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) turut menyebut, permintaan lahan kawasan industri cukup positif sepanjang 2023. Hal ini sejalan dengan target marketing sales DMAS yang dipatok Rp 1,8 triliun secara keseluruhan pada 2023.

Hingga kini, DMAS sudah menggenggam permintaan lahan di kawasan industri mencapai 90 Ha. Walau tidak diungkap rinci, DMAS juga berencana menambah tabungan lahan alias landbank pada masa mendatang.

Sejauh ini, sektor bisnis yang menempati lahan di Greenland International Industrial Center (GIIC) antara lain otomotif dan turunannya, logistik, makanan dan minuman, farmasi, hingga data center.

Untuk segmen data center, tahun ini DMAS akan fokus mengembangkan lahan di GIIC seluas 300 Ha khusus untuk segmen industri tersebut. Sebab, data center telah menjadi penyumbang utama penjualan lahan kawasan industri DMAS pada tahun lalu.

“Rencana penambahan selalu ada dan tentu saja disesuaikan dengan kondisi lapangan yang dinamis,” ujar Direktur Puradelta Lestari Tondy Suwanto, Jumat (30/6).

Baca Juga: Intiland (DILD) Pasang Target Penjualan Lahan 20 Ha di Batang Industrial Park

Tak ketinggalan, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turut memperkuat pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. Berdasarkan laporan pengembangan JIIPE Juni 2023 yang diterima Kontan, Selasa (27/6) lalu, JIIPE berhasil membukukan penjualan lahan seluas 19,6 Ha atau hampir setengah dari capaian tahun 2022 seluas 44,5 Ha.

Manajemen AKRA pun memproyeksikan kontribusi JIIPE dapat mencapai 33% dari total pendapatan perusahaan pada 2027 mendatang. Angka ini naik signifikan dibandingkan kontribusi JIIPE pada 2022 yang masih di level 14%. Pihak AKRA juga menargetkan penjualan lahan di JIIPE dapat melebihi 500 Ha dalam waktu 5 tahun.

Terdapat sejumlah tenant yang menempati JIIPE, baik yang sudah beroperasi atau masih tahap konstruksi. Contohnya, PT Freeport Indonesia (masa konstruksi), PT Xin Yi Glass Indonesia (konstruksi), PT Hailiang Nova Material Indonesia (konstruksi), PT Nippon Indosari Corporindo (beroperasi), PT Adhimix PCI Indonesia (beroperasi), PT Fertilizer Inti Technology (beroperasi), dan lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari