KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen ban PT Gajah Tunggal Tbk (
GJTL) telah meramu sejumlah agenda bisnis di sepanjang tahun ini. Adapun Gajah Tunggal melihat prospek bisnis yang cerah di 2021. Sekretaris Perusahaan GJTL, Kisyuwono menjelaskan seiring membaiknya perekonomian secara keseluruhan, industri ban juga akan ikut membaik. "Di samping itu, penerapan bea masuk antidumping oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) atas produk ban dari Taiwan, Vietnam, Thailand dan Korea Selatan, menjadi peluang untuk meningkatkan penjualan Gajah Tunggal di AS," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (12/3). Kisyuwono mengatakan, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi Indonesia dan dunia pada umumnya, penjualan di tahun 2021 diharapkan meningkat ke level yang relatif sama dengan penjualan di tahun 2019. Asal tahu, penjualan Gajah Tunggal pada tahun 2019 mencapai Rp 15,94 triliun. Dengan target tersebut, artinya emiten ban ini menargetkan penjualan bisa meningkat hingga sekitar 19,49%.
Gajah Tunggal (GJTL) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 13,43 triliun sepanjang tahun lalu. Penjualan ini turun 15,7% secara tahunan. Kendati demikian, produsen ban ini mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 18,58% yoy menjadi Rp 319 miliar.
Baca Juga: Gajah Tunggal (GJTL) tegaskan surat utang US$ 270 juta tidak diterbitkan di Indonesia Kisyuwono menjelaskan keuntungan meningkat karena perusahaan berhasil memanfaatkan penurunan harga bahan baku, serta langkah-langkah efisiensi yang dijalankan selama ini membawa pengaruh positif terhadap margin laba. "Harga bahan baku utama, seperti karet alam, karet sintetis dan
carbon black serta harga bahan baku pendukung lainnya turun secara rata-rata selama tahun 2020. Bahan baku berkontribusi 60%-65% terhadap biaya produksi Gajah Tunggal selama tahun 2020," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (12/3). Kisyuwono menjelaskan, Gajah Tunggal terus mendorong langkah-langkah efisiensi dalam segala aspek operasionalnya. Dia mencontohkan GJTL meningkatkan produktivitas dan utilisasi pabrik. Di tahun ini, Gajah Tunggal menyiapkan belanja modal sebesar US$ 30 juta sampai dengan US$ 40 juta. Kisyuwono menjelaskan, belanja modal ini akan fokus pada perawatan dan peremajaan mesin-mesin dan alat berat, serta pelunasan akuisisi tanah dari PT Softex Indonesia. Gajah Tunggal membeli tanah dari PT Softex Indonesia yang lokasinya dengan pabrik yang sudah ada.
Di lokasi baru ini, Gajah Tunggal akan ekspansi
plant truck and bus radial (TBR)
tire secara bertahap. Dengan terus melihat kondisi pasar, GJTL berencana menambah kapasitas produksi
plant ban TBR sampai dengan 3.500 unit per-hari di sekitar 2023-2024. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, pada 2019 kapasitas terpasang ban TBR sebanyak 2.000 unit per hari.
Baca Juga: Laba bersih Gajah Tunggal (GJTL) tumbuh 18,58% di tahun 2020 Refinancing surat utang
Gajah Tunggal akan menerbitkan surat utang sebesar US$ 270 juta atau setara Rp 3,80 triliun di AS. Rencana transaksi ini adalah untuk memperoleh pendanaan dari pihak yang tidak terafiliasi dengan GJTL, yaitu para investor global serta memperluas dan mendiversifikasi basis kreditur sehingga memiliki akses untuk mengumpulkan pendanaan semakin luas. Dalam keterbukaan informasi Selasa (9/3), manajemen GJTL menjelaskan surat utang baru ini akan jatuh tempo selambat-lambatnya pada tahun 2026 atau jangka waktu lain yang ditentukan oleh direksi GJTL. Surat utang ini dijamin dengan seluruh atau sebagian besar harta kekayaan GJTL beserta anak usahanya melalui jaminan perusahaan dan agunan. Bunga dari surat utang ini nanti sebesar-besarnya 9% bergantung pada kondisi pasar.
Gajah Tunggal akan menggunakan dana hasil penerbitan surat utang baru ini untuk melunasi surat utang lama yang diterbitkan pada 2017 dan akan jatuh tempo pada 10 Agustus 2022. Rincian nilai pokok dan bunga dari surat utang lama yang rencananya akan dibayarkan oleh GJTL adalah sebesar pokok US$ 250 juta ditambah dengan bunga sebesar 8,375% yang jumlah pastinya akan ditentukan kemudian pada saat pembayaran. Pelunasan surat utang lama dilakukan dengan cara pembelian kembali surat utang lama dan sesuai dengan dokumen surat utang lama. Nilai yang harus dibayarkan GJTL adalah sebesar 104,1875% (apabila pembelian kembali dilakukan sampai dengan 10 Agustus 2021) atau sebesar 102,09375% (apabila pembelian kembali dilakukan setelah 10 Agustus 2021 sampai dengan jatuh tempo) dari nilai surat utang lama yang dibeli oleh GJTL.
Baca Juga: Berhasil catat kenaikan laba, begini rekomendasi untuk saham Gajah Tunggal (GJTL) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati