KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (
MBMA) melanjutkan agenda ekspansi. Emiten komoditas mineral yang terafiliasi dengan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (
SRTG) dan Garibaldi "Boy" Thohir ini memiliki sejumlah proyek dari hulu tambang hingga hilirisasi. Merdeka Grup setidaknya memiliki enam proyek yang sedang digarap oleh MDKA dan MBMA.
Pertama, Proyek Tembaga Tujuh Bukit. Proyek ini terletak di bawah Tambang Emas Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur yang dioperasikan oleh anak perusahaan MDKA, PT Bumi Suksesindo. General Manager Merdeka Copper Gold, Tom Malik mengungkapkan report Mineral Resource Estimate (MRE) pada Maret ini yang mencatatkan kenaikan signifikan sumber daya terindikasi (
indicated resources) Proyek Tembaga Tujuh Bukit, dengan hasil sebesar 755 juta ton. Meningkat lebih dari 300 juta ton dari sumber daya terindikasi sebelumnya yaitu 442 juta ton.
Hasil ini juga menunjukkan peningkatan total sumber daya mineral Proyek Tembaga Tujuh Bukit dari semula 8,1 juta ton tembaga dan 27,4 juta ons troi emas, saat ini mengandung 8,2 juta ton tembaga dan 27,9 juta ons troi emas. Adapun, sejak tahun 2018 MDKA telah menginvestasikan US$ 176 juta untuk studi kelayakan yang terperinci. Pada puncak produksinya nanti, Proyek Tembaga Tujuh Bukit diestimasikan akan memproses 24 juta ton bijih per tahun untuk menghasilkan lebih dari 112.000 ton tembaga dan 366.000 ounces emas per tahun selama lebih dari 30 tahun. Tom bilang, kenaikan pada sumber Proyek Tembaga Tujuh Bukit merupakan komitmen transformasi unit bisnis MDKA menuju proyek dan operasi tambang kelas dunia dengan umur yang panjang. "Saat ini, Merdeka fokus mengoptimalkan kinerja dan memulai menyusun bankable feasibility study yang dapat lebih diandalkan. Optimalisasi itu mencakup pengembangan metalurgis untuk meningkatkan perolehan logam yang dapat diekstrak dari bijih dan meningkatkan kualitas bijih yang ditambang," kata Tom melalui rilis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (28/3).
Baca Juga: Mayoritas Emiten LQ45 Sudah Rilis Kinerja, Intip Saham-Saham yang Masih Menarik Kedua, MDKA terus menggarap Proyek Emas Pani di Gorontalo. Pada tahun 2023, MDKA telah merogoh investasi senilai US$ 101 juta di Pani. MDKA memajukan kegiatan konstruksi, dan menargetkan kegiatan commissioning pada akhir tahun 2025. Manajemen MDKA menyatakan, Feasibility Study Proyek Pani menunjukkan nilai ekonomi yang menarik untuk operasi penambangan emas berskala besar, jangka panjang, dan berbiaya rendah. Selain kedua proyek di atas, Merdeka Grup memiliki empat proyek lain yang digarap oleh MBMA.
Pertama, Proyek AIM (Acid, Iron, Metal). MBMA terus melakukan pengujian internal sebagai persiapan untuk komisioning Proyek AIM dengan acid train pertama yang diharapkan mulai berproduksi dan mencapai kapasitas penuh pada kuartal II-2024. Selain itu, acid train kedua dan pabrik klorida juga diharapkan dimulai pada kuartal II-2024.
Kedua, jalan angkut & Feed Preparation Plant (FPP). Peningkatan grade jalan angkut telah selesai pada bulan Agustus 2023, sehingga memungkinkan MBMA memulai pengiriman bijih saprolit ke pabrik smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Pada bulan Desember 2023, pipa slurry yang menghubungkan FPP Huayue Nickel Cobalt (HNC) ke IMIP telah selesai, sehingga memungkinkan pengangkutan bijih limonit.
Ketiga, proyek High Pressure Acid Leach (HPAL). Pada bulan September 2023, MBMA menjalin kemitraan dengan GEM Co. Ltd. untuk membangun pabrik pengolahan HPAL yang mayoritas dimiliki MBMA. Berlokasi di IMIP, proyek ini memiliki kapasitas 30.000 ton nikel per tahun di Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Baca Juga: Menilik Aksi Merdeka Copper (MDKA): Gelar Private Placement hingga Lunasi Obligasi Proyek ini akan dibangun dan dioperasikan dalam dua tahap dengan sistem turn-key. Komisioning tahap satu dan tahap dua masing-masing ditargetkan pada akhir tahun 2024 dan pertengahan tahun 2025.
Keempat, tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM). MBMA menargetkan penjualan 4 juta – 5 juta wet metric ton (wmt) bijih saprolit dan 10 juta – 11 juta wmt bijih limonit pada tahun 2024. Peningkatan produksi direncanakan pada tahun 2025 seiring dengan mulai beroperasinya pabrik pengolahan HPAL.
Target Operasional Tahun 2024
Sebagai panduan untuk tahun 2024, MDKA menargetkan produksi emas dan tembaga sebesar 100.000 – 120.000 ons dan 14.000 hingga 16.000 ton. Dengan total biaya tunai masing-masing sebesar US$ 900 hingga US$ 1.050 per ons troi dan US$ 3,25 hingga US$ 4 per lb. "Merdeka terus melaksanakan strategi pertumbuhan di seluruh portofolionya, memanfaatkan momentum di MBMA," ungkap Manajemen MDKA dalam keterbukaan informasi, Rabu (27/3) malam. Sedangkan untuk panduan pada tahun 2024, MBMA menargetkan produksi Nickel Pig Iro (NPI) dan nikel matte sebesar 85.000 hingga 92.000 ton dan 50.000 hingga 55.000 ton. Dengan total biaya tunai masing-masing sebesar US$ 10.000 hingga US$ 12.000 per ton dan US$ 13.000 hingga US$ 15.000 per ton. Kemudian, MBMA menargetkan penjualan bijih saprolit sebesar 4 juta – 5 juta wmt dan bijih limonit sebanyak 10 juta – 11 juta wmt. Target lainnya, GEM diperkirakan akan mulai beroperasi dan mencapai produksi nikel dalam bentuk MHP pertama pada akhir tahun 2024.
Selain itu, MBMA akan mengembangkan beberapa pabrik pengolahan HPAL dalam kemitraan dengan sejumlah perusahaan bahan baku baterai terkemuka. MBMA terus melakukan pengujian internal sebagai persiapan komisioning untuk Proyek AIM dengan acid train pertama yang diharapkan mulai berproduksi dan mencapai kapasitas penuh pada kuartal II-2024. "Dengan harapan bahwa pengoperasian acid train kedua dan pabrik klorida akan dimulai pada kuartal kedua 2024," tandas manajemen MBMA dalam keterbukaan informasi. Dari sisi pergerakan saham, menutup perdagangan bulan Maret ini, Kamis (28/3), harga MDKA ditutup naik 0,44% ke level Rp 2.280 per saham. Sementara MBMA menguat 0,41% ke harga Rp 492 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari