KONTAN.CO.ID - Di era revolusi industri 4.0 internet merupakan kebutuhan utama bagi setiap orang. Akibatnya, banyak pula pebisnis yang terjun sebagai penyedia jasa layanan internet. CEO PT Supra Prima Nusantara (Biznet) Adi Kusma memaparkan kepada Wartawan KONTAN Merlinda Riska, strateginya untuk bisa memenangkan persaingan pasar di industri ini. Tahun 2000 sewaktu mendirikan Biznet, saya melihat internet adalah hal yang baru di Indonesia. Pada saat itu, yang membutuhkan internet hanya kantor atau perusahaan saja. Maka itu, nama perusahaan ini adalah Biznet, yang maksudnya adalah internet untuk bisnis atau korporasi. Layanan Biznet pada waktu awal berdiri berbasis teknologi
wireless dan
in-building ethernet sebagai jalur distribusi layanan internet. Pada masa itu, pengguna yang memanfaatkan jaringan
wireless publik adalah yang menggunakan perangkat laptop atau
notebook. Seiring berjalannya waktu, saya melihat ada perubahan kebiasaan masyarakat. Jumlah pengguna yang memanfaatkan jaringan
wireless di area publik itu rata-rata menyambungkan
smartphone, perangkat
mobile-nya. Dulu orang mau pasang internet mencari harga murah. Karena di benaknya, yang penting terkoneksi. Sekarang di mana semua orang sudah terkoneksi, peran internet menjadi krusial. Orang zaman sekarang kalau tidak terkoneksi internet itu meriang. Artinya, koneksi internet ini harus bisa stabil, harus bisa nyala alias on terus. Untuk bisa terus hidup itulah, layanan internet butuh konfigurasi dan kehandalan yang jauh lebih baik. Koneksi internet yang stabil dan hidup terus inilah yang ditawarkan Biznet. Adanya tren tersebut juga membuat pasar Biznet semakin luas. Biznet merambah ke segmen ritel, yakni perumahan dan usaha menengah kecil dan mikro (UMKM). Maka itu, sejak tahun 2005, saya mengganti teknologi internet Biznet dengan menggunakan kabel
fiber optic. Karena teknologi kabel
fiber optic yang Biznet tanam sendiri di bawah tanah itu lebih stabil. Secara bisnis, Biznet tumbuh cukup stabil dan bagus. Ini karena sejak awal memang segmen yang dibidik Biznet adalah segmen premium. Segmen premium ini lebih memilih kualitas koneksi jaringan yang stabil. Dan terbukti, sekarang semua orang membutuhkan kestabilan koneksi internet. Dengan kekuatan produk yang dimiliki Biznet serta segmen pasar, saya tidak khawatir dengan persaingan di industri ini. Sambung semua kota Visi dan misi Biznet di era revolusi industri 4.0 ini adalah menghubungkan semua kota di Indonesia. Saya ingin bisa memberikan layanan yang sama untuk semua kota di Indonesia. Pada awal berdiri, jangkauan Biznet hanya ada di Jakarta dengan jumlah tim 10 orang. Kini, Biznet telah tumbuh bersama dengan kurang lebih 2.500 karyawan. Untuk bisa mewujudkan visi dan misi itu, perlu didukung oleh kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Proses bekerja dan pengambilan keputusan pun tidak boleh kaku. Karena perkembangan internet itu sangat cepat lajunya.
Wisdom saya dalam memimpin perusahaan ini adalah pemimpin harus bisa memberikan contoh. Pemimpin harus mau turun ke lapangan dan harus bisa memberikan solusi. Seorang pemimpin tidak bisa sekedar asal suruh dan perintah. Maka itu, saya senantiasa bolak-balik ikut keliling Jawa. Karena wujud dari implementasi misi kami itu adalah, Biznet bukan hanya hadir di kota
tier satu, tapi juga di
tier dua dan
tier tiga. Namun, untuk menanam sendiri jaringan kabel
fiber optic tentu bukan hal yang mudah dan murah. Jadi, harus dilihat secara seksama apakah masyarakatnya benar-benar butuh dan siap. Sekarang, saya rasa untuk beberapa kota kabupaten di Indonesia, layanan internet ini dalam skala bisnis sudah masuk. Karena zaman sekarang, perumahan, sekolah dan rumah sakit juga butuh internet. Sekolah butuh untuk ujian berbasis komputer. Rumah sakit butuh untuk terhubung dengan jaringan BPJS Kesehatan. Nah, kedua segmen ini juga dilirik oleh Biznet. Hingga saat ini, Biznet telah memasang 32.000 kilo meter (km) kabel
fiber optic di 115 kota. Dari jumlah ini, Biznet memiliki kabel internet yang siap dan sudah tersambung ke rumah-rumah atau disebut dengan
homepass mencapai 325.782
homepass. Target tahun ini, Biznet ingin panjang kabel
fiber optic menjadi 34.000-35.000 km dan
homepass bisa bertambah 100.000
homepass. Untuk kota selanjutnya, Biznet saat ini sedang menyelesaikan pembangunan di beberapa kota, seperti Pontianak dan Tasikmalaya. Ke depannya, jumlah kota tentu akan terus bertambah hingga menjangkau seluruh nusantara.
Adi Kusma CEO PT Supra Prima Nusantara (Biznet) Terpincut kenikmatan kopi Temanggung Berkunjung ke berbagai daerah, menjadi hal rutin yang dilakoni Adi Kusma. Maklum, dia harus mengecek layanan Biznet di berbagai tempat. Seperti beberapa waktu lalu, Adi menyusuri Temanggung, Ambarawa, Wonosobo, Jepara, hingga ke Semarang melalui perjalanan darat untuk memantau kesiapan layanan Biznet di tiap kota. Sembari berkeliling untuk urusan kerja, di waktu luangnya Adi tak lupa berwisata kuliner. Adi mengaku menyukai keragaman kuliner Indonesia. Salah satu favoritnya adalah tempe berbungkus daun yang sulit ditemukan di Jakarta. "Tempe daun ini enak, kedelainya
crunchy. Kalau di Jakarta, kedelainya enggak ada yang begini," ujarnya. Namun, dalam petualangan kulinernya itu, agenda yang tak pernah dia lewatkan adalah mencicipi kopi khas daerah. Lelaki kelahiran Jakarta 19 Juni 976 ini juga selalu menyempatkan diri belanja biji kopi sebagai buah tangan. "Sejak dulu saya memang suka kopi. Saya bahkan sudah tidak minum kopi pakai gula sejak tahun 1998. Jadi, lidah saya sudah terbiasa menikmati berbagai cita rasa kopi itu," tuturnya. Dalam sehari, Adi bisa menghabiskan tiga sampai empat cangkir kopi. Pria berkacamata ini suka dengan kopi yang bercita rasa sangat kuat alias cukup pahit. Dari berbagai jenis kopi yang sudah dicicipinya, ada satu kopi yang menurut Adi rasanya paling enak. "Kopi Temanggung itu buat saya adalah
one of the best. Karena rasanya nikmat," imbuh Adi. Di sekitar Temanggung memang banyak kebun kopi. Cita rasa kopi Temanggung bisa dikatakan khas. Ada cita rasa cokelat, karamel, serta tembakau di kopi itu. Maklum, di sekitar kebun kopi Temanggung banyak tanaman tembakau. "Yang membedakan
taste kopi itu adalah air dan tanahnya. Karena si kopi ini menyerap sari pati yang ada di dalam tanah," jelas Adi. Dengan fasih dia memaparkan, itulah mengapa kopi kintamani ada rasa jeruknya, karena di sekitarnya ada tanaman jeruk.
"Taste kopi Brazil itu bagi saya mirip dengan kopi di Flores. Karena saya pernah ke Brazil dan melihat tekstur serta elevasi tanahnya itu mirip," imbuhnya. Saking senangnya dengan kopi, Adi sering mengunjungi kebun kopi di waktu luangnya. Ia bahkan beberapa kali mencoba menggoreng kopi alias me-
roasting kopi langsung di kebunnya. "Biasanya biasanya saya
roasting sampai agak gosong sedikit, soalnya saya suka kopi yang agak pahit," ujarnya.
Bagi Adi, menikmati kopi membuatnya semakin bersemangat dan lebih segar, tetap terjaga dan bisa berkonsentrasi.♦ Merlinda Riska
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi