Orang sakit akibat rokok elektrik meningkat



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat melaporkan jumlah orang yang terkena penyakit paru-paru akibat menghisap rokok elektrik alias vaping meningkat lebih dari 200 korban per minggunya. Hingga kini, otoritas kesehatan AS tersebut mencatat 1.299 orang yang mengidap penyakit paru-paru, dan 29 orang lainnya meninggal akibat vaping.

Mengutip New York Times, jumlah tersebut bertambah 219 kasus baru dan tujuh kasus kematian yang terjadi di 49 negara bagian AS.

Pekan lalu misalnya, seorang remaja 17 tahun meninggal, dan menjadi korban meninggal paling muda yang terindikasi terkait dengan kegiatan vaping. Pemerintah Kota Utah dan Massachusetts juga telah melaporkan kasus kematian warganya terkait vaping untuk pertama kalinya pada minggu ini.


Baca Juga: Rekomendasi Pusat Pengendalian Penyakit AS: Hentikan konsumsi vape berbahan ganja

Sementara Kamis (10/10) kemarin, Pemerintah Kota Indiana juga mengumumkan dua orang meninggal.

Dari catatan otoritas kesehatan AS kematian akibat vaping terjadi pada orang berusia antara 17 tahun hingga 75 tahun, dengan median di usia 49 tahun.

Meski demikian hingga kini, penyebab utama penyakit hingga kematian akibat vaping belum diketahui betul. Dari sejumlah orang yang terkena penyakit paru-paru dilaporkan menggunakan THC dan nikotin dalam alat vape-nya, sementara yang lain dilaporkan hanya menggunakan nikotin.

Saat ini otoritas kesehatan di AS juga terus melakukan uji coba untuk menemukan sumber penyakit. Mereka menduga adanya produk THC ilegal yang mengandung pelarut, pengencer, dan perasa yang tak tak diketahui dan mungkin beracun bagi paru-paru.

Baca Juga: Semakin banyak negara yang melarang rokok elektrik, ini alasannya

Makanya, otoritas kesehatan AS mengimbau agar para pengguna vape tak menggunakan THC, khususnya yang dijual bebas di jalan maupun internet. Atau lebih baik sekalian tidak sudah melakukan vaping.

Editor: Herlina Kartika Dewi