KONTAN.CO.ID - Diare merupakan salah satu penyakit yang umum diderita oleh anak-anak. Meskipun terlihat sepele, jika tidak ditangani dengan benar, diare bisa membahayakan buah hati. Bersumber dari Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM), tata laksana mengatasi diare anak sebenarnya sederhana dan tidak mahal. Sebagian besar diare pada anak disebabkan oleh infeksi virus. Selain itu bisa juga akibat infeksi bakteri, parasit, alergi, keracunan, intoleransi, dan efek samping obat.
Diare akibat infeksi virus bisa sembuh tanpa antibiotik jika sistem imun anak cukup kuat. Baca Juga: Bisa Turunkan Gula Darah Tinggi, 8 Herbal Alami Ini Pas Buat Penderita Diabetes Seorang anak dikatakan mengalami diare jika frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali dalam 24 jam, dan perubahan konsistensi (bentuk) feses menjadi lebih cair. Anak yang sedang diare terkadang tidak nafsu makan dan mual sehingga asupan cairan tubuh berkurang dan anak menjadi lemas. Air yang keluar melalui diare juga membuat cairan dan elektrolit dalam tubuh banyak terbuang, terlebih jika anak muntah-muntah.
Tanda bahaya anak mengalami diare parah
Dibandingkan orang tua, anak lebih rentan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan). Jika tidak segera ditangani, dehidrasi berat bisa sampai menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, bahkan kematian. Sebagian orang tua sudah waspada sehingga segera ke IGD ketika anaknya diare, tetapi sebagian lainnya masih tidak mengerti bahwa anak sudah jatuh dalam kondisi dehidrasi berat dan butuh penanganan di IGD. Penyebab terbanyak kematian pada anak dengan diare adalah akibat dehidrasi, oleh sebab itu orangtua perlu memperhatikan tanda bahaya pada anak yang sedang mengalami diare, yakni:- Mata menjadi cekung
- Air mata tidak keluar saat menangis
- Frekuensi buang air kecil (BAK) jarang, urin sedikit dan berwarna pekat
- Anak tampak kehausan, bisa tampak rakus saat diberi minum
- Anak sangat lemas
- Jika kondisi sudah semakin berat maka anak tidak bisa makan dan minum
Cara mengatasi anak yang diare
Kementerian Kesehatan RI mempunyai Program untuk mengatasi diare dengan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yakni:- Memberikan oralit
- Memberikan tambahan zink
- Terus memberi ASI dan makan
- Selektif memberikan antibiotik
- Segera bawa anak ke dokter
Mitos tentang diare anak
Ada baiknya orangtua memberikan penanganan anak dengan diare saat di rumah dengan penanganan yang tepat. Jika anak tidak suka minum oralit, Anda bisa menggunakan cairan rumah tangga sebagai pengganti oralit, misalnya dengan memberikan kuah sayur, sup atau bubur. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, probiotik mungkin bermanfaat untuk diare yang timbul akibat penggunaan antibiotik, tetapi efeknya tidak signifikan pada diare lainnya. Harga probiotik juga cukup mahal, sehingga pemberiannya tidak direkomendasikan dalam panduan, tetapi jika ayah bunda tetap ingin memberikan maka tidak berbahaya bagi anak. Perlu diketahui bahwa saat anak mengalami diare, pergerakan usus akan meningkat. Pemberian anti diare akan menghambat gerakan itu sehingga bisa menyebabkan komplikasi seperti usus terlipat atau terjepit, hal ini sangat berbahaya bagi anak. Selain itu terdapat beberapa mitos berbahaya dalam menghadapi anak diare yang perlu dihindari oleh orangtua antara lain:- Menghentikan pemberian susu anak atau mengganti susu anak
- Mengurangi pemberian makan
- Memberikan minuman teh akan berisiko anak menjadi anemia, karena teh akan mengikat zat besi anak.
- Memberikan pijatan pada perut anak juga berisiko membuat usus terbelit dan hal ini justru akan memperburuk kondisi anak dan sangat berbahaya.