Setelah sepi pesanan manggung selama Ramadan, pengusaha organ tunggal mulai menaikkan tarif jasa karena kenaikan permintaan hiburan organ tunggal untuk acara halal-bihalal. Kenaikan tarif itu bisa mencapai 33%. Namun, ada pemilik organ tunggal yang menyesuaikan tarif sesuai dengan kebutuhan pemesan.Usaha organ tunggal termasuk salah satu bisnis yang ikut mengencangkan ikat pinggang saat bulan Ramadan. Maklum, saat bulan suci umat Islam itu, usaha panggung hiburan organ tunggal sepi pesanan manggung.Namun, setelah Ramadan usai, usaha organ tunggal mulai kembali menggelora. Sebab, banyak perkantoran, perusahaan atau komunitas, yang menggelar acara halal-bihalal menghadirkan organ tunggal sebagai hiburan. Tak hanya itu, usai Ramadan banyak lokasi wisata kembali menggeliat. Bahkan banyak pengelola lokasi wisata membuka event hiburan organ tunggal demi menambah pengunjung.Meningkatnya permintaan hiburan organ tunggal itu tentu menjadi kesempatan bagi si pemilik jasa itu untuk menaikkan tarif. Bahkan ada pengelola organ tunggal yang menaikkan tarif jasa hingga 33% dari tarif sewa pada hari-hari biasa. Salah satu pengusaha hiburan yang menaikkan tarif itu adalah Joni, pemilik Nikita Entertainment, di Tangerang, Banten. Joni mengaku menaikan tarif jasa organ tunggalnya menjadi Rp 6 juta, untuk pementasan selama 5 jam sampai 7 jam. "Hari biasa sewanya hanya Rp 4,5 juta," kata Joni.Joni bukannya tanpa alasan menaikkan harga jasa hiburan itu. Menurutnya, kenaikan harga itu lantaran para penyanyi dan pemain organ juga menaikkan harga manggung. "Penyanyi dan pemain musik ikut naikin tarif jasa mereka," ungkap Joni.Namun begitu, tarif jasa organ tunggal itu bisa lebih tinggi lagi jika si pemesan menginginkan hiburan khusus. Seperti tambahan penyanyi atau tambahan alat musik dan pemain musik. Kenaikan tarif jasa organ tunggal itu lumrah terjadi setiap Lebaran. Selain karena permintaan yang tinggi, pengusaha organ tunggal juga berusaha menutup kerugian karena paceklik manggung di saat Ramadan. Joni mengisahkan, di luar bulan Ramadan, ia bisa menerima tanggapan belasan kali dengan omzet rata-rata Rp 40 juta per bulan. Selama Ramadan, omzetnya turun menjadi Rp 18 juta saja. Bahkan di bulan puasa lalu, Joni hanya memperoleh tiga order manggung dari sebuah perusahaan rokok dan industri jamu. "Perusahaan itu bikin acara mudik bareng dan ada hiburannya," terang Joni.Selain Joni, ada juga Willy, pemilik Organ Tunggal Community yang bermarkas di Jakarta. Saat bulan puasa, ia juga mesti memperketat ikat pinggangnya karena sepinya pesanan mangung. "Selama bulan puasa, kami hanya dapat tiga pesanan,” keluh Willy.Karena itu Willy sangat berharap pada pemesanan organ tunggal untuk kegiatan setelah Lebaran seperti acara halal-bihalal, atau kegiatan panggung hiburan rakyat di Jakarta dan sekitarnya. Willy bilang, pesanan organ tunggal setelah Lebaran terbanyak memang datang dari kegiatan halal-bihalal. Setelah itu baru pesanan organ tunggal dari pengelola tempat wisata, kafe, dan tempat hiburan lainnya. Namun, Willy sengaja membidik segmen perkantoran pemerintah dan juga perusahaan. Ia fokus melayani kebutuhan organ tunggal untuk acara-acara resmi perusahaan atau perkantoran. "Saya melayani hiburan organ tunggal dari perusahaan besar," kata Willy. Dia mengakui adanya kenaikan tarif saat manggung pasca-Lebaran ini. Namun, Willy tidak mematok tarif khusus. Ia biasanya menyesuaikan kebutuhan dan anggaran si pemesan. Jika pemesan ingin ada penyanyi populer, Organ Tunggal Community tentu memberikan tarif khusus. "Untuk penawaran penyanyi populer itu kami mematok tarif mulai dari Rp 8 juta," jelas Willy.Karena melayani perkantoran, Willy sudah mempersiapkan aneka jenis musik, mulai musik pop, dangdut, rock, termasuk musik jazz. “Grup kami awalnya grup band, sehingga kami mampu melayani berbagai jenis musik,” terang Willy, bangga.Meski di Jakarta sudah punya nama, Willy mengaku tidak tertarik untuk mengembangkan usaha hiburannya itu ke daerah. Dia bilang, tak mau merecoki usaha hiburan orang daerah. Apalagi, "Di daerah biasanya sudah ada usaha organ tunggal yang menjadi unggulan dan punya penonton," terang Willy. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Organ tunggal menanti halal-bihalal
Setelah sepi pesanan manggung selama Ramadan, pengusaha organ tunggal mulai menaikkan tarif jasa karena kenaikan permintaan hiburan organ tunggal untuk acara halal-bihalal. Kenaikan tarif itu bisa mencapai 33%. Namun, ada pemilik organ tunggal yang menyesuaikan tarif sesuai dengan kebutuhan pemesan.Usaha organ tunggal termasuk salah satu bisnis yang ikut mengencangkan ikat pinggang saat bulan Ramadan. Maklum, saat bulan suci umat Islam itu, usaha panggung hiburan organ tunggal sepi pesanan manggung.Namun, setelah Ramadan usai, usaha organ tunggal mulai kembali menggelora. Sebab, banyak perkantoran, perusahaan atau komunitas, yang menggelar acara halal-bihalal menghadirkan organ tunggal sebagai hiburan. Tak hanya itu, usai Ramadan banyak lokasi wisata kembali menggeliat. Bahkan banyak pengelola lokasi wisata membuka event hiburan organ tunggal demi menambah pengunjung.Meningkatnya permintaan hiburan organ tunggal itu tentu menjadi kesempatan bagi si pemilik jasa itu untuk menaikkan tarif. Bahkan ada pengelola organ tunggal yang menaikkan tarif jasa hingga 33% dari tarif sewa pada hari-hari biasa. Salah satu pengusaha hiburan yang menaikkan tarif itu adalah Joni, pemilik Nikita Entertainment, di Tangerang, Banten. Joni mengaku menaikan tarif jasa organ tunggalnya menjadi Rp 6 juta, untuk pementasan selama 5 jam sampai 7 jam. "Hari biasa sewanya hanya Rp 4,5 juta," kata Joni.Joni bukannya tanpa alasan menaikkan harga jasa hiburan itu. Menurutnya, kenaikan harga itu lantaran para penyanyi dan pemain organ juga menaikkan harga manggung. "Penyanyi dan pemain musik ikut naikin tarif jasa mereka," ungkap Joni.Namun begitu, tarif jasa organ tunggal itu bisa lebih tinggi lagi jika si pemesan menginginkan hiburan khusus. Seperti tambahan penyanyi atau tambahan alat musik dan pemain musik. Kenaikan tarif jasa organ tunggal itu lumrah terjadi setiap Lebaran. Selain karena permintaan yang tinggi, pengusaha organ tunggal juga berusaha menutup kerugian karena paceklik manggung di saat Ramadan. Joni mengisahkan, di luar bulan Ramadan, ia bisa menerima tanggapan belasan kali dengan omzet rata-rata Rp 40 juta per bulan. Selama Ramadan, omzetnya turun menjadi Rp 18 juta saja. Bahkan di bulan puasa lalu, Joni hanya memperoleh tiga order manggung dari sebuah perusahaan rokok dan industri jamu. "Perusahaan itu bikin acara mudik bareng dan ada hiburannya," terang Joni.Selain Joni, ada juga Willy, pemilik Organ Tunggal Community yang bermarkas di Jakarta. Saat bulan puasa, ia juga mesti memperketat ikat pinggangnya karena sepinya pesanan mangung. "Selama bulan puasa, kami hanya dapat tiga pesanan,” keluh Willy.Karena itu Willy sangat berharap pada pemesanan organ tunggal untuk kegiatan setelah Lebaran seperti acara halal-bihalal, atau kegiatan panggung hiburan rakyat di Jakarta dan sekitarnya. Willy bilang, pesanan organ tunggal setelah Lebaran terbanyak memang datang dari kegiatan halal-bihalal. Setelah itu baru pesanan organ tunggal dari pengelola tempat wisata, kafe, dan tempat hiburan lainnya. Namun, Willy sengaja membidik segmen perkantoran pemerintah dan juga perusahaan. Ia fokus melayani kebutuhan organ tunggal untuk acara-acara resmi perusahaan atau perkantoran. "Saya melayani hiburan organ tunggal dari perusahaan besar," kata Willy. Dia mengakui adanya kenaikan tarif saat manggung pasca-Lebaran ini. Namun, Willy tidak mematok tarif khusus. Ia biasanya menyesuaikan kebutuhan dan anggaran si pemesan. Jika pemesan ingin ada penyanyi populer, Organ Tunggal Community tentu memberikan tarif khusus. "Untuk penawaran penyanyi populer itu kami mematok tarif mulai dari Rp 8 juta," jelas Willy.Karena melayani perkantoran, Willy sudah mempersiapkan aneka jenis musik, mulai musik pop, dangdut, rock, termasuk musik jazz. “Grup kami awalnya grup band, sehingga kami mampu melayani berbagai jenis musik,” terang Willy, bangga.Meski di Jakarta sudah punya nama, Willy mengaku tidak tertarik untuk mengembangkan usaha hiburannya itu ke daerah. Dia bilang, tak mau merecoki usaha hiburan orang daerah. Apalagi, "Di daerah biasanya sudah ada usaha organ tunggal yang menjadi unggulan dan punya penonton," terang Willy. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News