KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT. Organon Pharma Indonesia Tbk (SCPI) ingin menjajaki peluang kesempatan baru pada tahun depan. Emiten farmasi yang dahulu bernama PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk itu berencana membawa 2-3 produk baru pada tahun depan. Direktur Utama SCPI Daniel mengatakan, 2-3 produk baru yang ingin SCPI bawa belum tentu bisa diluncurkan pada tahun depan, sebab produk-produk ini perlu didaftarkan dahulu ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Tetapi paling tidak (tahun depan) kita sudah memulai proses registrasinya dan proses-proses selanjutnya,” kata Daniel dalam sesi paparan publik yang disiarkan virtual, Jumat (26/11).
Daniel tidak merinci produk baru apa yang akan SCPI bawa ke Indonesia. Yang terang, produk-produk baru ini ditujukan untuk kebutuhan kesehatan perempuan. Selain membawa produk anyar, SCPI juga berencana memperluas jangkauan pasar, baik di segmen publik maupun swasta. Dengan cara itu, SCPI berharap bisa mengejar pertumbuhan kinerja positif pada tahun depan.
Baca Juga: Emiten farmasi masih punya sentimen positif di tahun 2021 Sembari mengawal persiapan untuk beragam agenda pada tahun depan, SCPI juga berupaya memacu produksi di sisa tahun berjalan pada kuartal empat tahun ini. Direktur SCPI, Yuliana mengatakan, aksi korporasi spin-off pada paruh pertama tahun ini sempat membuat proses produksi dan ekspor terhenti. Walhasil, penjualan SCPI pada sembilan bulan pertama tahun ini mengalami penurunan. Berdasarkan laporan keuangan interim perusahaan, SCPI membukukan penjualan bersih sebesar Rp 1,61 triliun pada sepanjang Januari-September 2021 lalu. Jika dibandingkan dengan realisasi periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,14 triliun, penjualan bersih SCPI di sembilan bulan pertama tahun ini mengalami penurunan 24,53%. Seturut penjualan yang menyusut, SCPI juga mencatatkan penurunan pada sejumlah pos beban. Beban pokok penjualan misalnya, tercatat mengalami penurunan 20,05% secara tahunan atawa year-on-year (yoy) dari semula Rp 1,79 triliun di Januari-September 2020 menjadi Rp 1,43 triliun di Januari-September 2021. Penurunan pengeluaran juga dijumpai misalnya pada beban umum dan administrasi yang mengalami penurunan 57,96% yoy dari semula Rp 60,02 miliar di Januari-September 2020 menjadi Rp 25,23 miliar di Januari-September 2021, serta beban keuangan yang turun 76,50% yoy dari semula Rp 17,92 miliar di Januari-September 2020 menjadi Rp 4,21 miliar di Januari-September 2021. Setelah penjualan bersih dikurangi berbagai pengeluaran yang ada, SCPI mengantongi laba tahun berjalan sebesar Rp 100,99 miliar di sepanjang Januari-September 2021. Angka tersebut menyusut 47,47% dibanding realisasi laba tahun berjalan periode sama tahun 2020 yang mencapai Rp 192,27 miliar. Yuliana bilang, SCPI berharap bisa mencatatkan kinerja yang lebih baik di kuartal IV. Meski begitu, SCPI memperkirakan bahwa realisasi kinerja tahun 2021 untuk setahun penuh akan mengalami penurunan dibanding realisasi tahun 2020. “Jika dibandingkan dengan tahun 2020 memang akan ada penurunan,” ujar Yuliana.
Melanjutkan proses delisting
Selain memacu kinerja, SCPI juga tengah melanjutkan proses
delisting. Seperti diketahui, SCPI mengantongi restu pemegang saham untuk menjadi perusahaan tertutup pada rapat pemegang saham luar biasa (RUPSLB) 23 Januari 2014 lalu. Dengan restu yang didapat, SCPI melakukan penawaran tender untuk membeli saham yang beredar dengan harga penawaran Rp 100.000 per saham. Berdasarkan persyaratan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), SCPI belum bisa
delisting apabila pemegang saham SCPI masih berjumlah lebih dari 50 pemegang saham. Hal ini dimuat dalam Surat OJK No: S-35/D.04/2013 tertanggal 19 Februari 2013.
Berdasarkan catatan SCPI, saat ini jumlah pemegang saham SCPI masih berjumlah 356 pemegang saham. Yuliana berujar, SCPI masih terus berkoordinasi dengan OJK serta bekerja sama dengan konsultan untuk mencari para pemegang saham untuk melakukan penawaran pembelian. Harga pembelian yang ditawarkan masih sama, yaitu Rp 100.000 per saham. “Pastinya ada beberapa langkah yang kami usahakan untuk diskusi sama OJK, bagaimana bisa menyelesaikan proses privatisasi ini. Tapi memang strategi utama adalah menemukan pemegang saham yang sebanyak 356 ini,” tutur Yuliana.
Baca Juga: OJK akan wajibkan perusahaan delisting untuk go private Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat