JAKARTA. Obligasi negara ritel (ORI) seri 012 mulai dijajakan. Pemerintah menawarkan kupon 9% per tahun untuk surat utang bertenor tiga tahun ini. Agen penjual optimistis ORI012 mampu memikat investor. Presiden Direktur PT Bnk OCBC NISP Parwati Surjaudaja, salah satu agen penjual mengatakan kupon sebesar 9% atau lebih tinggi ketimbang ORI011 tahun lalu yang sebesar 8,5% diperkirakan mampu mengakomodasi pasar obligasi yang kurang kondusif akibat gejolak pasar finansial global. "Sehingga kami perkirakan minat investor sama seperti tahun lalu," kata Parwati kepada Kontan, Jakarta, Minggu (20/9). Tahun ini perusahaan menargetkan bisa menjual ORI mencapai Rp 500 miliar.
Sedangkan Direktur Funding dan Distribution Bank Tabungan Negara Sis Apik Wijayanto mengatakan ORI bisa menjadi alternatif menarik selain deposito. ORI menawarkan kupon tinggi serta aman. Pasalnya, instrumen ini dijamin sepenuhnya oleh pemerintah. "Dengan rate yang ditawarkan, kepastian return tinggi dan aman untuk investasi jangka panjang menjadi daya tarik investor saat ini," kata dia. Vice Presiden Wealth Management dan Investment Bank Negara Indonesia (BNI) Teddy Atmadja sepakat kupon ORI012 akan menarik minat investor." Kami menargetkan bisa memasarkan ORI di atas Rp 3 triliun," tutur dia. Sedangkan Presiden Direktur Trimegah Securities Stefanus Turangan yakin bisa menjual ORI012 sebesar Rp 600 miliar. Untuk memasarkan ORI ini, perusahaan bekerjasama dengan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. "Kami optimistis ORI sanggup menarik investor," ujar Stefanus. Fixed Income Analyst Samuel Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus mengatakan ORI012 memberikan kesempatan berinvestasi kepada pelaku pasar dan investor dengan risiko minim disertai dengan minimum dana investasi yang kecil sebesar Rp 5 juta. "Di tengah keadaan seperti sekarang ini, ORI menjadi angin segar. Sebab, saat ini keadaan ekonomi masih serba," ujar Nico. Selain risikonya yang minim, investor juga akan mendapatkan capital gain dari kenaikan harga jual ORI012. Secara historis, ORI selalu mengalami kenaikan harga setelah masuk ke pasar sekunder sehingga investor akan menggenggam keuntungan. Kendati demikian, saat ini melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) memicu tekanan di pasar obligasi. Sehingga diperkirakan akan menahan kenaikan harga ORI. Namun, investor tak perlu khawatir. Menurut Nico, Investor masih bisa mengantongi kupon 9% per tahun apabila memegang obligasi tersebut hingga jatuh tempo. "Pasar obligasi saat ini mengalami downtrend sehingga kemungkinan besar investor cenderung untuk hold to maturity hingga pasar obligasi mengalami penaikkan," tutur Nico. Nico mengatakan saat ini merupakan kesempatan emas bagi investor untuk mulai berinvestasi kembali melalui ORI. Pasalnya, investor sulit mendapatkan timing yang tepat untuk berinvestasi di produk yang tepat dalam beberapa bulan terakhir. "Sayangnya, tidak semua investor bisa kebagian jatah ORI dari pemerintah," kata dia. Nico memperkirakan total permintaan yang masuk bisa sekitar Rp 20 triliun hingga Rp 25 triliun.
Vice President Investment Quant Kapital Investama Hans Kwee mengatakan ORI menjadi investasi menarik di tengah instrumen lainnya yang tertekan. Misalnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) yang minus 15,89% dalam satu tahun terakhir per 18 September 2015. Rata-rata return obligasi pemerintah juga hanya membagikan 3,5% dalam satu tahun terakhir. Sedangkan rata-rata return reksadana korporasi sebesar 6,7% pada periode yang sama. Adapun suku bunga deposito juga cenderung mengalami penurunan seiring perbankan yang mengalami kelebihan likuiditas. Penyaluran kredit juga tertahan oleh pelemahan ekonomi. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat bunga penjaminan bank umum dalam denominasi rupiah hanya sebesar 7,75% per tahun atau di bawah kupon ORI012 yang sebesar 9%. "Sehingga ORI cukup menarik," kata Hans. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto