KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri cetakan pabrikan manufaktur atau yang lebih dikenal mold & dies masih punya peluang memperbesar pasar. Meski sektor otomotif dalam negeri masih stagnan, industri ini diperkirakan bakal mengalami kenaikan yang signifikan. Djajadi Wikara, Ketua Asosiasi Industri Mold & Dies Indonesia (IMDIA) ditemui saat pameran mold & dies ITEX 2019 mengaku slow down-nya penjualan otomotif tak berdampak langsung bagi industri ini. "Sebab setiap ada model kendaraan yang baru keluar maka akan dibutuhkan cetakan yang baru pula," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (29/10). Baca Juga: Kebutuhan Mold & Dies didominasi sektor otomotif Ditengah prospek pasar yang cerah, industri masih menemui tantangan yakni kurangnya tenaga kerja terampil yang mampu mengisi pos-pos di pabrikan mold & dies. Untuk itu asosiasi tengah menjalankan program sertifikasi dan peningkatan kompetisi di sumber daya manusia (SDM) sektor ini. Selain mengandalkan tenaga kerja dengan skill khusus, saat ini bahan baku mold & dies masih dominan diperoleh dari impor. Paling tidak kata Djajadi 60%-70% bahan baku didapat dari luar negeri, dimana nanti di tingkat lokal diproduksi menjadi berbagai macam jenis cetakan dan komponen kecil lainnya. Untuk hal ini, IMDA berharap pemerintah dalam jangka panjang dapat memacu produksi bahan baku mold & dies yang rata-rata berasal dari logam dan baja. Oleh karena dalam waktu dekat ketersediaan bahan baku masih belum dapat disuplai dari dalam negeri, Djajadi bilang pelaku industri meminta agar impor bahan baku dapat dilonggarkan khususnya di bea masuk. Baca Juga: Industri Mold & Dies Tambah Bahan Lokal IMDA optimistis dengan kemudahan tersebut bakal mendongkrak industri ini yang memproduksi barang bernilai tambah. Berdasarkan data asosiasi tersebut demand mold & dies di tahun lalu mencapai US$ 1,19 miliar. Dimana produsen lokal memenuhi permintaan sebanyak US$ 739,6 juta. Sampai akhir tahun 2019 IMDA memproyeksikan demand bakal mencapai US$ 1,37 miliar dengan porsi lokal ditargetkan mengisi lebih dari 60% atau senilai US$ 905,4 juta, adapun asosiasi mematok tahun 2020 nanti porsi lokal dapat naik menjadi 70%.
Otomotif dalam negeri stagnan, Industri mold & dies tetap bertumbuh
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri cetakan pabrikan manufaktur atau yang lebih dikenal mold & dies masih punya peluang memperbesar pasar. Meski sektor otomotif dalam negeri masih stagnan, industri ini diperkirakan bakal mengalami kenaikan yang signifikan. Djajadi Wikara, Ketua Asosiasi Industri Mold & Dies Indonesia (IMDIA) ditemui saat pameran mold & dies ITEX 2019 mengaku slow down-nya penjualan otomotif tak berdampak langsung bagi industri ini. "Sebab setiap ada model kendaraan yang baru keluar maka akan dibutuhkan cetakan yang baru pula," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (29/10). Baca Juga: Kebutuhan Mold & Dies didominasi sektor otomotif Ditengah prospek pasar yang cerah, industri masih menemui tantangan yakni kurangnya tenaga kerja terampil yang mampu mengisi pos-pos di pabrikan mold & dies. Untuk itu asosiasi tengah menjalankan program sertifikasi dan peningkatan kompetisi di sumber daya manusia (SDM) sektor ini. Selain mengandalkan tenaga kerja dengan skill khusus, saat ini bahan baku mold & dies masih dominan diperoleh dari impor. Paling tidak kata Djajadi 60%-70% bahan baku didapat dari luar negeri, dimana nanti di tingkat lokal diproduksi menjadi berbagai macam jenis cetakan dan komponen kecil lainnya. Untuk hal ini, IMDA berharap pemerintah dalam jangka panjang dapat memacu produksi bahan baku mold & dies yang rata-rata berasal dari logam dan baja. Oleh karena dalam waktu dekat ketersediaan bahan baku masih belum dapat disuplai dari dalam negeri, Djajadi bilang pelaku industri meminta agar impor bahan baku dapat dilonggarkan khususnya di bea masuk. Baca Juga: Industri Mold & Dies Tambah Bahan Lokal IMDA optimistis dengan kemudahan tersebut bakal mendongkrak industri ini yang memproduksi barang bernilai tambah. Berdasarkan data asosiasi tersebut demand mold & dies di tahun lalu mencapai US$ 1,19 miliar. Dimana produsen lokal memenuhi permintaan sebanyak US$ 739,6 juta. Sampai akhir tahun 2019 IMDA memproyeksikan demand bakal mencapai US$ 1,37 miliar dengan porsi lokal ditargetkan mengisi lebih dari 60% atau senilai US$ 905,4 juta, adapun asosiasi mematok tahun 2020 nanti porsi lokal dapat naik menjadi 70%.