JAKARTA. Turunnya penjualan otomotif berdampak pada industri komponen berskala kecil menengah. Euis Saedah, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian mengatakan bahwa saat ini banyak produsen industri komponen otomotif yang berhenti produksi. "Banyak industri komponen otomotif yang skalanya kecil menengah, ini berhenti produksi, tiarap dan mati suri," ujar Euis di sela-sela Forum DiscussionGroup (FGD) dan Eksibisi Komponen dengan tema Pengembangan Pemasok Industri Manufaktur Sub Sektor Otomotif, di Kementerian Perindustrian, Senin (6/7). Menurutnya berhenti produksinya industri komponen disebabkan banyak faktor. "Banyak tekanan. Yang utama adalah permintaan otomotif baru yang menurun. Di waktu bersamaan kurs rupiah terus melemah jadi membebani mereka karena sebagian bahan baku mereka masih impor. Lalu ada kenaikan listrik juga," ujar Euis. Ia mengatakan berdasarkan data Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO), saat ini total ada 70 pelaku industri komponen otomotif berskala kecil menengah. Namun kriteria industri kecil menengah di industri komponen otomotif, berbeda dengan IKM pada umumnya. Mereka memiliki modal bisa lebih dari Rp 5 miliar untuk sebuah mesin produksi saja. Euis mengatakan dari 70 IKM yang pada awal tahun beroperasi semuanya, saat ini hanya 60% yang masih bekerja penuh. Sebesar 33% tiarap dan 7% mati suri. "Tiarap itu mereka memilih untuk berhenti produksi untuk sementara, karena produksi beban bertambah, dijual rugi, hanya standby kalau ada pesanan dan maintenance mesin. Kalau mati suri ya berhenti sampai kondisi membaik," ujar Euis. Ia mengatakan serapan tenaga kerja per IKM sekitar 100 orang per IKM. Jadi jika diasumsikan 40% dari 70 IKM, maka ada 28 IKM yang berhenti produksi, atau setara dengan 2.800 orang yang berhenti bekerja. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Otomotif jeblok, industri komponen mati suri
JAKARTA. Turunnya penjualan otomotif berdampak pada industri komponen berskala kecil menengah. Euis Saedah, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian mengatakan bahwa saat ini banyak produsen industri komponen otomotif yang berhenti produksi. "Banyak industri komponen otomotif yang skalanya kecil menengah, ini berhenti produksi, tiarap dan mati suri," ujar Euis di sela-sela Forum DiscussionGroup (FGD) dan Eksibisi Komponen dengan tema Pengembangan Pemasok Industri Manufaktur Sub Sektor Otomotif, di Kementerian Perindustrian, Senin (6/7). Menurutnya berhenti produksinya industri komponen disebabkan banyak faktor. "Banyak tekanan. Yang utama adalah permintaan otomotif baru yang menurun. Di waktu bersamaan kurs rupiah terus melemah jadi membebani mereka karena sebagian bahan baku mereka masih impor. Lalu ada kenaikan listrik juga," ujar Euis. Ia mengatakan berdasarkan data Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO), saat ini total ada 70 pelaku industri komponen otomotif berskala kecil menengah. Namun kriteria industri kecil menengah di industri komponen otomotif, berbeda dengan IKM pada umumnya. Mereka memiliki modal bisa lebih dari Rp 5 miliar untuk sebuah mesin produksi saja. Euis mengatakan dari 70 IKM yang pada awal tahun beroperasi semuanya, saat ini hanya 60% yang masih bekerja penuh. Sebesar 33% tiarap dan 7% mati suri. "Tiarap itu mereka memilih untuk berhenti produksi untuk sementara, karena produksi beban bertambah, dijual rugi, hanya standby kalau ada pesanan dan maintenance mesin. Kalau mati suri ya berhenti sampai kondisi membaik," ujar Euis. Ia mengatakan serapan tenaga kerja per IKM sekitar 100 orang per IKM. Jadi jika diasumsikan 40% dari 70 IKM, maka ada 28 IKM yang berhenti produksi, atau setara dengan 2.800 orang yang berhenti bekerja. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News