JAKARTA. Melambatnya pertumbuhan penjualan mobil sepanjang tahun ini mempengaruhi permintaan ban. Beberapa perusahaan ban melaporkan penurunan penjualan ban di pasar domestik khususnya penjualan ban untuk pabrikan (OEM). Uthan A. Sadikin, Direktur Pemasaran, PT Multistrada Arah Sarana Tbk bilang, penurunan tidak terjadi untuk seluruh segmen ban OEM. Ada ban OEM yang permintaannya naik, yaitu ban mobil
low cost green car (LCGC). "Penjualan ban OEM memang turun, tapi bagi kami penurunannya tak signifikan, karena penjualan kami dibantu ban OEM LCGC untuk Daihatsu, Honda dan Datsun," terang Uthan kepada KONTAN, Rabu (26/7). Untuk pasar ban pengganti alias replacement cenderung stabil, namun terancam turun karena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. "Akan ada efek slowdown," kata dia.
Sebagai gambaran, penjualan ban Multistrada sampai Oktober 2014 tercatat US$ 220,8 juta, atau turun 11% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yakni sebesar US$ 249,25 juta. Konstribusi penjualan Multistrada dari domestik tercatat US$ 65,10 juta, turun 12% dari penjualan periode yang sama tahun 2013 senilai US$ 74,25 juta. Kinerja ekspor emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode MASA ini juga turun jadi US$ 155,72 juta, atau turun 11% dari periode yang sama tahun lalu senilai US$ 174,99 juta. Adapun ekspor berkontribusi 70% dari total penjualan MASA, sisanya berasal dari domestik. Penurunan penjualan membuat laba MASA turun jadi US$ 1,19 juta atau turun 4,8%, ketimbang laba MASA periode yang sama tahun lalu senilai US$ 1,25 juta. Jika ekspor MASA turun, namun tidak dengan ekspor PT Gajah Tunggal Tbk. Sampai Oktober 2014, Gajah Tunggal mencatat kenaikan ekspor 33% menjadi Rp 3,1 triliun dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 2,3 triliun. Akan tetapi, di periode yang sama, penjualan domestik produsen ban berkode saham GJTL ini justru turun menjadi Rp 5,94 triliun atau melemah 3% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2013 senilai Rp 6,15 triliun. Hanya saja Endy Subiantoro,
GM Corporate Communication GJTL enggan memberikan penjelasan. "Saya tidak boleh membuat statement," kata Endy lewat pesan singkat ke KONTAN. Secara keseluruhan, penjualan GJTL sampai Oktober 2014 tercatat RP 9,68 triliun atau naik 6,3%, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 9,10 triliun. Penjualan domestik berkontribusi 61% dari total penjualan, sisanya dari ekspor. Stagnan Industri ban di Indonesia tahun 2015 diprediksi sulit mencetak kinerja lebih baik dari tahun ini. Ada banyak tantangan berat yang harus dihadapi industri ini, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Aziz Pane, Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) bilang, penjualan ban tahun 2015 akan stagnan alias tak berubah dari tahun ini. "Produsen otomotif memproyeksikan tahun depan penjualan mobil hanya 1,2 juta unit, sama dengan tahun ini. Dan kami industri ban akan mengikuti ini," kata Aziz kepada KONTAN. Aziz bilang, tantangan industri ban dalam negeri berasal dari pertumbuhan ekonomi yang sulit berlari kencang. Kondisi ekonomi mengurangi daya beli mobil yang kemudian berimbas pada penjualan ban. Adapun tekanan dari luar negeri berasal dari melemahnya daya beli di negara tujuan ekspor. "Ekspor ban Indonesia itu ke Amerika Serikat (AS), Eropa, Timur Tengah, dan lain-lain. Di negara-negara itu ekonominya sedang melambat, sehingga pasar bannya juga turun," kata Aziz Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto