JAKARTA. Sejak beberapa tahun terakhir, otoritas pasar modal gencar memberi imbauan dan mendorong BUMN untuk masuk Bursa Efek Indonesia (BEI). Maklum, efek, baik saham maupun obligasi perusahaan pelat merah selalu menjadi buruan para investor. Sehingga, mereka dinilai bisa mendongkrak nilai kapitalisasi bursa. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga saat ini, ada 33 BUMN dan entitas anak yang telah memanfaatkan sarana pasar modal. Sebanyak 22 diantaranya mencatatkan sahamnya (
listing) di BEI.
Mulai dari sektor perbankan, properti, pertambangan, telekomunikasi, hingga transportasi. Total nilai kapitalisasi saham-saham BUMN saat ini sekitar Rp.423,3 triliun. Angka ini meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan nilai saat awal emisi. "Ini menunjukkan besarnya potensi dan keuntungan yang diperoleh BUMN melalui pendanaan pasar modal," ujar Nurhaida, Kepala Eksekutif bidang Pasar Modal OJK, Selasa (18/7). Lebih lanjut ia menjelaskan beberapa keuntungan lain jika BUMN menjadi perusahaan terbuka. Pertama, kapabilitas BUMN sebagai perusahaan negara akan semakin meningkat. Terlebih, saat ini BUMN didorong untuk meningkatkan peran dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan industrialisasi di Indonesia. Kedua, BUMN akan lebih efisien. Pasalnya, pendanaan jangka panjang yang diperoleh dari pasar modal cocok untuk membiayai proyek yang rata-rata juga bersifat jangka panjang. Sehingga, perusahaan dapat menghindari terjadinya
miss match pendanaan. Ketiga, dengan menjadi perusahaan publik maka kualitas tata kelola perusahan BUMN akan semakin meningkat. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kredibilitas perusahaan bagi stakeholder dan masyarakat. Tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi dinilai akan menjadi modal bagi pengembangan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan tidak hanya bersaing di level nasional tetapi juga di level global. Nurhaida menyadari, kondisi pasar saat ini sedang tidak bagus. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertengger di level 4.578,68 per 14 Agustus 2015. Angka itu merosot 12% dibandingkan dengan penutupan akhir tahun 2014. Sementara kapitalisasi pasar modal Indonesia saat ini tidak sampai Rp 5.000 triliun. Namun, Nurhaida optimistis kondisi akan membaik dan bisa lebih baik dari tahun lalu. Untuk itu, pihaknya mendorong agar BUMN dapat memanfaatkan pasar modal Indonesia sebagai tempat mobilisasi dana investasi. Terutama dalam membiayai program pembangunan infrastruktur yang bersifat jangka panjang.
"Apalagi saat ini likuiditas pembiayaan konvensional melalui perbankan semakin terbatas," turur Nurhaida. Di saat yang sama Tito Sulistio, Direktur Utama BEI mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan divisi khusus yang menangani BUMN. "Kami akan lebih aktif berkomunikasi dengan BUMN," kata dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie