Otoritas Penerbangan Eropa dan Kanada Ragukan Sertifikasi FAA



KONTAN.CO.ID - DW. Harapan perusahaan Boeing agar pesawat tipe B737 Max 8 dan 9 yang saat ini dilarang terbang di seluruh dunia dapat segera kembali mengudara tampaknya tak akan terpenuhi. Otoritas penerbangan Eropa dan Kanada mengatakan, mereka akan melakukan pemeriksaan sendiri, sekalipun otoritas Amerika Serikat FAA nantinya sudah mengijinkan pesawat 737 Max terbang lagi.

Setelah jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines 10 Maret lalu, beberapa negara langsung bereaksi dan melarang pesawat Boeing tipe 737 Max terbang di ruang udaranya. Namun ketika itu Boeing masih bersikeras bahwa pesawatnya aman. Otoritas penerbangan AS, FAA, juga mengikuti pandangan Boeing dan tidak melarang penerbangan Max 737.

Setelah makin banyak negara memberlakukan larangan terbang, akhirnya Presiden AS Donald Trump bereaksi dan mengeluarkan larangan terbang, yang harus titaati oleh FAA. Sikap FAA dalam insiden ini membuat kredibilitasnya sekarang dipertanyakan.


Otoritas penerbangan Eropa dan Kanada kini menyatakan tidak akan begitu saja menerima penilaian FAA dan akan melakukan kebijakan pengawasan tersendiri. Langkah ini bisa meredam ambisi Boeing yang hingga kini menawarkan pembaruan piranti lunak untuk pesawat yang bermasalah.

Boeing bersikeras pesawatnya aman

Boeing tadinya berhadap bisa menyiapkan "software update" sampai hari Senin minggu depan. Setelah itu FAA diharapkan mensertifikasi modifikasi tersebut dan mengijinkan 737 Max terbang lagi. Biasanya, kebanyakan negara akan mengikuti keputusan FAA dan mengijinkan pernerbangan pesawat yang sudah disertifikasi oleh lembaga itu. Namun reputasi FAA kini makin tersungkur.

Air Canada berencana untuk menghapus Boeing 737 Max dari jadwal penerbangannya setidaknya sampai 1 Juli mendatang. Beberapa rute yang sebelumnya dilayani dengan pesawat bermasalah itu sekarang dihapus. Maskapai AS American Airlines, Southwest Airlines, dan United Airlines, yang sedikit lebih tidak bergantung pada 737 Max daripada Air Canada, berusaha mempertahankan jadwal terbang dengan pesawat pengganti. Namun mereka tetap harus membatalkan beberapa penerbangan.

Setelah jatuhnya pesawat Lion Air B737 Max 8 pada 29 Oktober lalu di Indonesia, banyak indikasi sudah mengarah pada masalah software yang mengendalikan penerbangan, ketika satu sensor di hidung pesawat yang mengukur sudut terbang tidak berfungsi. Boeing ketika itu mulai memperbaiki softwarenya, namun bersikeras pesawatnya tetap aman untuk terbang.

Otoritas penerbangan AS FAA ketika itu juga menyatakan bahwa pesawat itu aman untuk diterbangkan, sampai pesawat Ethiopian Airlines jatuh dekat Addis Abeba dua minggu lalu. Data satelit menunjukkan bahwa pesawat itu bereaksi seperti pesawat Lion Air tidak lama setelah lepas landas, dan akhirnya menukik tanpa kendali ke laut.

Reputasi FAA dipertanyakan

Penanganan masalah 737 Max oleh FAA setelah jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines merusak reputasinya di antara regulator penerbangan lainnya, kata James Hall, mantan ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS.

"FAA harus lebih transparan tentang penyelidikannya, dan harus mewajibkan pilot berlatih untuk Max pada simulator penerbangan", kata Hall, karena "itulah cara pilot berlatih hari ini, bukan pada iPad."

Untuk menghemat biaya dan mempercepat prosedur pengiriman pesawat baru, Boeing diberitakan hanya melakukan pelatihan cepat lewat iPad untuk tipe 737 Max. Namun FAA tetap memberikan ijin beroperasi untuk pesawat ini.

Sekarang Departemen Kehakiman AS melakukan investigasi baik terhadap Boeing maupun terhadap FAA. Kedua pihak juga dipanggil menghadap Komisi di Senat AS 27 Maret mendatang untuk memberi keterangan tentang 737 Max.

Menteri Transportasi AS Elaine Chao secara resmi menugaskan pejabatnya untuk mengaudit penanganan FAA dalam kecelakaan Lion Air maupun Ethiopian Airlines. Polisi federal FBI kini juga dilibatkan dalam investigasi sistem pengawasan dan sertifikasi di FAA dan pada perusahaan Boeing.

Boeing sendiri menolak berkomentar mengenai hal itu. Pesawat 737 Max adalah versi terbaru yang paling hemat bahan bakar dan dimaksudkan untuk mengganti Boeing 737 lama yang sudah berusia setengah abad dan merupakan pesawat terlaris Boeing. Sekarang, kontrak penjualan untuk sekitar 4600 pesawat 737 Max yang sudah dipesan berbagai maskapai penerbangan, dibekukan untuk sementara.

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti