JAKARTA. Pamor emas terus melorot. Komoditas logam mulia ini kurang menarik saat dollar Amerika Serikat (AS) semakin kokoh. Mengutip Bloomberg, Selasa (21/7) pukul 17.20 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2015 di Commodity Exchange (Comex) turun 0,08% menjadi US$ 1.105,9 per troi ons. Ini harga terendah sejak tahun 2010 silam. Meskipun kemarin sempat rebound alias naik, laju harga emas tidak berlangsung lama. Asal tahu saja, sepanjang tahun ini, harga emas di pasar spot sudah tergerus 6,75%. Perhatian pelaku pasar tersedot pada rencana Bank Sentral AS (The Fed) mengerek suku bunga pada tahun ini. Alhasil, investor lebih tertarik berburu dollar AS.
Research and Analyst Monex Investindo Futures Agus Chandra menilai, harga emas masih dalam tren turun (bearish). "Rebound yang terjadi hanya sesaat, seiring investor melakukan aksi beli saat harga murah (bargain hunting)," tuturnya, Selasa (21/7).
Menurut Agus, emas dibayangi penguatan dollar AS. Apalagi, pada Rabu (15/7) lalu, Gubernur The Fed Jannet Yellen menyatakan bakal mengerek suku bunga pada penghujung tahun ini. Maklum, perekonomian Paman Sam menunjukkan peningkatan. Tengok saja, klaim pengangguran mingguan yang turun menjadi 281.000 orang per 12 Juli 2015, dari pekan sebelumnya 296.000 orang. Selain itu, harga di tingkat produsen alias producer price index (PPI) bulan Juni menunjukkan pertumbuhan 0,4%, lebih tinggi ketimbang ekspektasi sebesar 0,2%. Penguatan mata uang Paman Sam mengurangi daya tarik emas, karena diperdagangkan dalam dollar AS yang sedang mahal. Belum lagi, peran logam mulia sebagai aset aman alias
safe haven memudar terutama karena krisis di Eropa mulai teratasi. Analis Millenium Penata Futures Suluh Adil Wicaksono bilang, permintaan emas berkurang semenjak Yunani berhasil bertahan di zona Euro setelah menerima dana talangan ketiga. Tahun ini, harga emas bergerak anomali dibandingkan krisis tahun 2008 dan 2012. "Dulu saat krisis, pelaku pasar pegang emas, tapi sekarang koleksi dollar AS sebagai mata uang safe haven," ujar Suluh. Tren bearish berlanjut Tak mengherankan, kepemilikan emas di SPDR Gold Trust turun ke level terendah sejak April 20018 pada Senin (20/7). SPDR adalah produk ETF atau reksadana terbesar yang diperdagangkan di bursa AS. Ini terjadi seiring dengan indeks dollar melesat ke posisi tertinggi sejak April lalu karena pernyataan teranyar The Fed soal kenaikan suku bunga. "Pernyataan Yellen bukan kabar bagus bagi emas," tukas Jake Klein,
Executive Chairman of Evolution Mining Ltd kepada Bloomberg, Selasa (21/7). Apalagi, lanjut Suluh, permintaan dari produsen emas terbesar di dunia, China masih belum pulih. Perekonomian Tiongkok diperkirakan masih akan melambat. Produk domestik bruto (PDB) Negeri Tirai Bambu bulan Juni 2015 bertahan di level 7%. Meski demikian, sebagian pelaku pasar seperti Capital Economics Ltd menilai angka tersebut melebihi kondisi seharusnya atau tidak akurat.
Ekonom Oversea-Chinese Banking Corp Barnabas Gan memperkirakan, di pengujung tahun ini, harga emas bisa melorot ke level US$ 1.050 per ons troi. Suluh menilai, koreksi harga emas masih akan berlanjut jangka menengah. Bahkan, hingga awal kuartal IV-2015, ia menduga, emas spot bisa meluncur hingga ke level US$ 998 per troi ons. Secara teknikal, kata Suluh pergerakan harga emas untuk jangka pendek masih lesu. Sebab, emas bergerak di bawah moving average (MA) 50 dan 100. Stochastic dan relative strength index (RSI) masing-masing di level 30. Selain itu, moving average convergence divergence (MACD) di bawah garis 0 mengindikasikasikan tren negatif. Prediksi Suluh, hingga akhir pekan ini, emas bergerak di kisaran US$ 1.050-US$ 1.120 per ons troi. Sementara Agus menebak, dalam sepekan ini, harga emas spot bergulir antara US$ 1.040 sampai US$ 1.137 per troi ons. "Hari ini, bisa turun ke US$ 1.100, dengan batas atas US$ 1.115 per ons troi," prediksinya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie