Otot rupiah loyo bisa sampai akhir tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah melanjutkan koreksi dan tembus batas baru. Pada penutupan hari ini, kurs tengah acuan Bank Indonesia (BI) ditutup di Rp 13.582 per dollar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,61% ketimbang hari Selasa.

Sedangkan mengutip pasar spot Bloomberg, rupiah berada di level Rp 13.542 atau koreksi 0,01% dari penutupan kemarin di level Rp 13.540 per dollar AS.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan, paling moderat kondisi pelemahan rupiah bisa berlangsung hingga akhir 2017. Hal ini lantaran penyebab pelemahan rupiah sifatnya fundamental.


“Seperti tax reform di AS dan pengetatan likuiditas global yang dimulai dari normalisasi neraca Fed maka dampaknya jangka panjang. Perkiraan paling moderat kondisi pelemahan rupiah bisa berlangsung hingga akhir 2017,” katanya kepada KONTAN, Selasa (3/10)

Menurut Bhima, dengan melemahnya rupiah. efeknya beban belanja subsidi jadi lebih berat karena impor BBM-nya mahal terlebih harga minyak juga naik di atas asumsi pemerintah, “Ini membuat defisit fiskalnya melebar,” ujarnya

Kemudian, tekanan rupiah juga membuat industri manufaktur lokal yang 60% lebih bahan bakunya berasal dari impor menjadi kurang kompetitif. Adapun kalau kondisi permintaan masih belum pulih sementara harga jual barang industri naik ujungnya pertumbuhan industri sulit mencapai 5%.

“Penerimaan pajak rentan terkoreksi turun. Kondisi ini membuat pertumbuhan ekonomi dipastikan sulit mencapai angka 5,2%,” katanya.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, pengusaha ingin rupiah stabil di level Rp 13.500 per dollar AS.

“Saya bicara dengan teman-teman pengusaha dan asosiasi, kalau Rp 13.500 per US$ jangan naik lagi lah. Walaupun melihat kecenderungannya masih akan melemah. Tapi ada range tertentu yang sudah para pengusaha masukkan di plan budgeting mereka. Misalnya maksimum Rp 13.500. Bawahnya Rp 13.300,” jelasnya.

Rosan melanjutkan, dengan pelemahan rupiah yang saat ini terjadi, apabila ini terjadi berlarut-larut dan berkelanjutan, maka hal ini akan membuat target dari perusahaan yang sudah melakukan budgeting menjadi missed. “Membahayakan tidak, hanya mengkhawatirkan karena target bugdeting akan missed,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto