Otot rupiah semakin mengencang ke Rp 13.073



JAKARTA. Posisi rupiah kian mantap. Penguatan didulang di tengah dugaan data ekonomi eksternal yang negatif sementara sentimen internal diprediksi akan gemilang.

Di pasar spot, Kamis (14/7) valuasi rupiah merangkak naik 0,10% di level Rp 13.073 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan dengan penguatan di kurs tengah Bank Indonesia yang terangkat tipis 0,05% ke level Rp 13.088 per dollar AS.

Josua Pardede, Ekonom Bank Permata mengatakan penguatan kali ini terjadi berkat pelemahan yang diderita dollar AS. Setelah rilis Beige Book yang menunjukkan ekonomi AS masih berada di jalur normal namun kenaikan suku bunga terlihat belum akan terjadi dalam waktu dekat.


Pernyataan beberapa pejabat The Fed pun menegaskan hal yang serupa. Bahkan dinilai kenaikan The Fed rate tahun ini maksimal hanya sekali. Belum lagi, antisipasi pelaku pasar terhadap hasil rapat BoE menjadikan poundsterling sesaat mendapatkan kekuatan yang menenggelamkan pamor USD di pasar global.

“Hanya memang sulit pertahankan penguatan karena balutan katalis negatif juga masih besar,” tambah Josua.

Pertama, peluang pelonggaran stimulus lanjutan dari Bank of Japan bisa memberikan beban bagi mata uang Asia lainnya termasuk rupiah. Serta apabila nantinya BoE memangkas suku bunga, dollar AS bisa terangkat lagi dan mengalahkan rupiah.

Sehingga secara keseluruhan saat ini sentimen di pasar eksternal masih mixed. Sebagian katalis tercatat negatif namun sebagian lagi bisa jadi daya tahan. "Dari dalam negeri masih minim, pasar menanti rilis cadangan devisa dan neraca perdagangan," ujar Josua. Untuk sementara katalis eksternal lebih kuat menentukan pergerakan rupiah.

Ditambah lagi, Bank Indonesia pasti akan terus memantau pergerakan rupiah. Penguatan yang signifikan dan mendadak tentu tidak diharapkan karena bisa menggores nilai ekspor. "Kalau terus menguat tiba-tiba, BI pasti intervensi makanya rentang penguatan terbatas," imbuh Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto