KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Demi keamanan, ketika melakukan transaksi digital finansial menjalankan transaksi online lain, masyarakat harus memasukkan one-time password atau OTP. Tujuannya menjaga pemilik akun dari masalah. Misalnya pencurian dan penyalahgunaan atas akun. Kode OTP tersebut dikirim melalui SMS kepada nomor yang didaftarkan pemilik akun. Namun belakangan beberapa e-commerce dan perbankan nasional mengalihkan pengiriman kode OTP melalui platform over the top (OTT) seperti Telegram, Line dan WhatsApp. CEO & Chief Digital Forensic Indonesia, Ruby Zukri Alamsyah mengatakan, layanan OTT pesan instan tak ada intervensi dari operator. Secara teoritis OTP langsung sampai kepada user. Namun yang patut menjadi perhatian, adalah banyak kasus pembajakan atau penguasaan akun WhatsApp.
OTP beralih ke WhatsApp, Telegram dan Line, ini peringatan pakar digital forensik
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Demi keamanan, ketika melakukan transaksi digital finansial menjalankan transaksi online lain, masyarakat harus memasukkan one-time password atau OTP. Tujuannya menjaga pemilik akun dari masalah. Misalnya pencurian dan penyalahgunaan atas akun. Kode OTP tersebut dikirim melalui SMS kepada nomor yang didaftarkan pemilik akun. Namun belakangan beberapa e-commerce dan perbankan nasional mengalihkan pengiriman kode OTP melalui platform over the top (OTT) seperti Telegram, Line dan WhatsApp. CEO & Chief Digital Forensic Indonesia, Ruby Zukri Alamsyah mengatakan, layanan OTT pesan instan tak ada intervensi dari operator. Secara teoritis OTP langsung sampai kepada user. Namun yang patut menjadi perhatian, adalah banyak kasus pembajakan atau penguasaan akun WhatsApp.