Outlook belum membaik, ini rekomendasi analis untuk saham Gudang Garam (GGRM)



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 60,6 triliun atau naik 12,9% secara year on year sepanjang semester I 2021. 

Kenaikan pendapatan GGRM sejalan dengan pertumbuhan positif dari volume penjualan di level industri di mana volume penjualan industri rokok di kuartal II-2021 tercatat sebesar 71,7 miliar batang atau naik 12,4% yoy.

Hal ini membawa volume penjualan rokok di paruh pertama tahun ini sebesar 142,5 miliar batang atau naik 8,6% yoy.


Dilihat dari kontribusi per tipe produk, pendapatan dari Sigaret Kretek Mesin (SKM) masih menjadi pendorong pertumbuhan kinerja. Sepanjang paruh pertama, penjualan SKM GGRM mencapai Rp 55,6 triliun atau naik 14% secara yoy.

Baca Juga: Laba bersih Gudang Garam (GGRM) turun di semester I-2021, begini rekomendasi sahamnya

Sementara untuk segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) membukukan pendapatan sebesar Rp 4,2 triliun atau turun 0,1% yoy. 

Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya dalam risetnya pada 4 Agustus 2021 menuliskan, pertumbuhan penjualan SKM yang lebih tinggi dibanding SKT di semester I-2021, justru berlawanan dengan tren di semester I-2021. Di mana pendapatan SKT mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi (11,0% YoY) dibanding SKM (1,1% YoY). 

 

GGRM Chart by TradingView

“Kami memperkirakan tren ini sejalan dengan pemulihan aktivitas konsumsi masyarakat dibanding semester satu tahun lalu yang mendorong permintaan produk SKM dengan harga yang lebih premium dibanding SKT. Namun dengan penyesuaian harga yang masih dilakukan oleh GGRM, kami memperkirakan permintaan ke depannya berpotensi mengalami normalisasi,” kata Rendy dalam risetnya. 

Rendy menyebut, kenaikan tarif cukai telah menekan marjin laba kotor GGRM mengingat porsi pendapatan dari produk SKM yang besar. Sejalan dengan hal ini, marjin laba kotor GGRM di paruh pertama tahun ini tercatat turun ke level 10,8% dari 16,1% pada periode yang sama tahun lalu. 

Baca Juga: Analis rekomendasikan beli saham Kalbe Farma (KLBF), simak ulasannya

Editor: Noverius Laoli