NEW YORK. Pasar tenaga kerja AS masih tampak buram. Kondisi itu diperparah dengan lemahnya permintaan tenaga kerja oleh sejumlah perusahaan besar di AS, seperti Bank of America Corp, Hewlett Packard Co, Staples Inc, hingga Eastman Kodak Co. Hampir seluruh perusahaan dihadapkan pada keharisan pemangkasan biaya yang kian meningkat sehingga memutuskan untuk menekan jumlah perekrutan tenaga kerja baru. Perlambatan ekonomi global dipicu oleh krisis utang Eropa yang semakin memburuk. Kondosi itu berdampak signifikan pada anggaran fiskal, perubahan penarikan pajak di AS, serta anggaran belanja pemerintah. Ujung-ujungnya, kondisi ini juga berdampak pada kebijakan perusahaan. Misalnya saja terbatasnya perekrutan tenaga kerja, terbatasnya investasi, serta pemangkasan jumlah karyawan. Hal ini yang akan mempengaruhi outlook pasar tenaga kerja AS hingga akhir tahun. "Mahalnya anggaran biaya merupakan kunci utama mengapa pasar tenaga kerja AS masih relatif lemah," jelas Charles Lieberman, chief investment officer Advisors Capital Management LLC di New Jersey. Dia menambahkan, perusahaan belum akan melakukan perekrutan tenaga kerja hingga sistem finansial kuat. "Yang menjadi masalah, mereka tidak dapat memenuhi permintaan dengan tenaga kerja yang ada saat ini," jelasnya.Meski demikian, perekonomian AS masih mencatatkan pertumbuhan. Produk Domestik Bruto AS naik tipis pada setiap kuartal sejak Juni 2009. Namun, pertumbuhannya melambat. Pada kuartal 2, pertumbuhannya 1,3% dan kuartal 1 pertumbuhannya di bawah 2%.
Outlook pasar tenaga kerja AS masih buram
NEW YORK. Pasar tenaga kerja AS masih tampak buram. Kondisi itu diperparah dengan lemahnya permintaan tenaga kerja oleh sejumlah perusahaan besar di AS, seperti Bank of America Corp, Hewlett Packard Co, Staples Inc, hingga Eastman Kodak Co. Hampir seluruh perusahaan dihadapkan pada keharisan pemangkasan biaya yang kian meningkat sehingga memutuskan untuk menekan jumlah perekrutan tenaga kerja baru. Perlambatan ekonomi global dipicu oleh krisis utang Eropa yang semakin memburuk. Kondosi itu berdampak signifikan pada anggaran fiskal, perubahan penarikan pajak di AS, serta anggaran belanja pemerintah. Ujung-ujungnya, kondisi ini juga berdampak pada kebijakan perusahaan. Misalnya saja terbatasnya perekrutan tenaga kerja, terbatasnya investasi, serta pemangkasan jumlah karyawan. Hal ini yang akan mempengaruhi outlook pasar tenaga kerja AS hingga akhir tahun. "Mahalnya anggaran biaya merupakan kunci utama mengapa pasar tenaga kerja AS masih relatif lemah," jelas Charles Lieberman, chief investment officer Advisors Capital Management LLC di New Jersey. Dia menambahkan, perusahaan belum akan melakukan perekrutan tenaga kerja hingga sistem finansial kuat. "Yang menjadi masalah, mereka tidak dapat memenuhi permintaan dengan tenaga kerja yang ada saat ini," jelasnya.Meski demikian, perekonomian AS masih mencatatkan pertumbuhan. Produk Domestik Bruto AS naik tipis pada setiap kuartal sejak Juni 2009. Namun, pertumbuhannya melambat. Pada kuartal 2, pertumbuhannya 1,3% dan kuartal 1 pertumbuhannya di bawah 2%.