Outstanding Pembiayaan Fintech Lending Tumbuh, TWP90 Turun Pada April 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending pada April 2024 mencapai Rp 62,74 triliun. 

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman menyampaikan pencapaian pada April 2024 tumbuh sebesar 24,16% Year on Year (YoY), sedangkan Maret 2024 tumbuh sebesar 21,85% YoY.

Sementara itu, tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90 fintech P2P lending pada April 2024 sebesar 2,79%. Adapun TWP90 pada April 2024 tercatat menurun dari posisi April 2023 yang sebesar 2,82%. Nilai TWP90 pada April 2024 juga menurun drastis jika dibandingkan dengan posisi Maret 2024 yang sebesar 2,94%. 


Jika ditelaah berdasarkan data OJK, outstanding pembiayaan fintech lending konsisten tumbuh signifikan di atas 20% sejak Februari 2024 secara tahunan. Seiring dengan kenaikan itu, tingkat TWP90 tercatat mulai menurun. 

Baca Juga: OJK Jatuhkan Sanksi kepada 10 Multifinance dan 13 Fintech Lending pada Mei 2024

Berawal dari posisi 2,95% pada Februari 2024 hingga akhirnya 2,79% pada Mei 2024. Padahal diketahui, sejumlah fintech lending tengah terjerat kasus gagal bayar yang belum usai dan sudah terjadi sejak tahun lalu, seperti Investree dan iGrow.

Mengenai hal itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) berpendapat banyak faktor yang membuat TWP90 industri turun drastis. 

Director of Corporate Communication AFPI Andrisyah Tauladan mengatakan penurunan TWP90 dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Dia tak memungkiri salah satunya juga bisa disebabkan meningkatnya kualitas penyaluran pinjaman.

Selain itu, adanya upaya penerapan praktik tata kelola yang lebih baik oleh para penyelenggara, serta kondisi ekonomi yang membaik turut berkontribusi pada penurunan angka kredit macet. 

"Adapun peningkatan outstanding pendanaan dapat memberikan ruang bagi platform fintech P2P lending untuk menyalurkan pinjaman kepada nasabah yang lebih berkualitas. Dengan demikian, berpotensi menurunkan TWP90," katanya kepada Kontan.

Andrisyah mengatakan tentunya AFPI terus mendorong para anggota untuk meningkatkan kualitas penyaluran pinjaman dan menyelesaikan kasus-kasus gagal bayar yang masih ada. Dia bilang OJK pastinya juga terus melakukan pengawasan terhadap industri fintech P2P lending dan akan mengambil tindakan tegas terhadap penyelenggara yang tidak memenuhi regulasi.

Dia menerangkan, beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan penurunan TWP90, selain naiknya outstanding pendanaan, seperti meningkatnya kesadaran nasabah, efektivitas edukasi dan literasi keuangan, serta penggunaan teknologi yang lebih canggih untuk mendeteksi potensi kredit macet dan melakukan penagihan pinjaman dengan lebih efektif.

Andrisyah optimistis bahwa TWP90 industri fintech P2P lending akan terus terjaga ke depannya. Salah satunya dengan komitmen penerapan praktik tata kelola dan mitigasi risiko yang terus dioptimalkan oleh seluruh penyelenggara fintech P2P lending.

Dia juga menerangkan AFPI akan terus memperkuat edukasi dan literasi keuangan kepada nasabah, meningkatkan kualitas penyaluran pinjaman melalui penerapan standar underwriting yang lebih ketat, mengembangkan skema pengelolaan kredit macet dan penagihan pinjaman yang lebih efektif, serta memperkuat kerja sama dengan OJK dalam melakukan pengawasan dan penegakan regulasi. 

"Kami juga mendorong para anggota untuk saling berbagi informasi dan pengalaman dalam upaya kolektif untuk menurunkan TWP90 industri," kata Andrisyah.

Sementara itu, PT Akselerasi Usaha Indonesia atau Akseleran turut angkat bicara terkait kondisi TWP90 perusahaan saat ini. CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan TWP90 perusahaan saat ini berada di level 0,54%.

"Angka itu masih stabil rendah, tak jauh berbeda dari awal tahun sampai sekarang," ujarnya kepada Kontan.

Terkait mitigasi risiko untuk menekan angka kredit macet, Ivan menerangkan pihaknya tentu akan menganalisis kapasitas cashflow peminjam. Selain itu, Akseleran juga menerapkan pengecekan credit history para peminjam. 

Baca Juga: OJK Catat 3 Fintech P2P Lending Belum Penuhi Ketentuan Ekuitas Minimum

Menurutnya, hal itu bisa membuat Akseleran memitigasi risiko kredit dengan baik, yang mana tingkat TWP90 masih stabil di bawah 1% sejak 2020. Dia juga mengungkapkan pihaknya telah menerapkan aturan repayment capacity. 

Selain itu, menerapkan juga maksimal jumlah platform fintech untuk 1 borrower saja. Untuk model pengecekan credit scoring, dia bilang Akseleran selalu memperbarui sistem mengikuti perkembangan yang ada.

Fintech peer to peer (P2P) lending Modalku juga membeberkan kondisi TWP90 perusahaan saat ini. Country Head Modalku Indonesia Arthur Adisusanto menerangkan pada 31 Mei 2024, TWP90 Modalku berada di angka 1,49%. 

"Nilai itu mengalami penurunan jika dibandingkan pada 30 April 2024 yang sebesar 1,96%," ujarnya kepada Kontan.

Untuk menekan angka kredit macet, Arthur menyampaikan seluruh proses penilaian kredit calon penerima dana di Modalku mengacu pada prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Condition dan Collateral) yang diatur dalam SEOJK Nomor 19 Tahun 2023. 

Dia menyebut kriteria credit scoring yang digunakan juga dievaluasi secara berkala untuk memastikan kelayakan penyaluran dana ke industri UMKM berpotensi yang menjadi fokus Modalku.

"Sebagai mitigasi di awal, Modalku juga telah mengimplementasikan e-KYC untuk mengidentifikasi calon penerima dana. Harapannya, langkah itu dapat mencegah maupun meminimalisir permasalahan kredit macet," tuturnya.

Arthur menyampaikan hingga saat ini, Grup Modalku telah berhasil menyalurkan pendanaan sekitar Rp 60,3 triliun kepada lebih dari 5,1 juta total transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Terkait kondisi industri fintech lending, Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda melihat faktor waktu peminjaman yang menyebabkan TWP90 turun, bukan karena nilai outstanding. 

"Nilai outstanding yang meningkat, biasanya meningkatkan peluang TWP90 naik juga pada 3 bulan kemudian. Saya melihat, pada Maret-April tahun lalu juga menurun, dibandingkan dengan awal tahun. Data TWP90 pada 3 bulan setelah Lebaran biasanya meningkat," ucapnya kepada Kontan.

Nailul bilang fenomena itu juga terjadi pada tahun lalu, yakni terjadi peningkatan TWP90 pada Juni-Agustus atau 3 bulan setelah Lebaran. Artinya, dia bilang bisa jadi tahun ini kondisinya juga akan sama dengan tahun lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi