KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit restrukturisasi perbankan terdampak Covid-19 yang akan berakhir pada Maret 2024 terus melandai seiring dengan telah pulihnya aktivitas ekonomi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali mencatatkan penurunan
outstanding kredit restrukturisasi Covid-19 pada Juli 2023, mencapai Rp 339,13 triliun, menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 361,04 triliun, dengan jumlah debitur yang juga menurun menjadi 1,44 juta debitur. Adapun, NPL kredit restrukturisasi Covid-19 menjadi Rp 41,02 triliun, bila dibandingkan dengan Juni 2023 sebesar Rp 38,6 triliun. Dengan rasio NPL berada di level 12,10 %, atau meningkat dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 10,68%.
Sejumlah perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) juga mencatat, sampai dengan akhir Juni 2023,
outstanding kredit restrukturisasi telah turun Rp 180,65 triliun menjadi sebesar Rp83,23 triliun dari akumulasi kredit restrukturisasi Covid-19 yang mencapai sebesar Rp 263,8 triliun.
Baca Juga: NPL Kartu Kredit Perbankan Masih Terjaga Meski Transaksi Kartu Kredit Meningkat Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi menyebut, jumlah nasabah pinjaman yang gagal diselamatkan relatif kecil atau sebesar 2% dari total kredit yang direstrukturisasi. Dan BRI juga telah membentuk pencadangan yang memadai atas hal tersebut. "Dalam mengantisipasi berakhirnya relaksasi restrukturisasi Covid tersebut, BRI telah menyiapkan
soft landing strategy dan menyiapkan pencadangan yang memadai di mana hingga akhir Juni 2023 tercatat NPL Coverage BRI sebesar 248,54%," ujar Hendy kepada kontan.co.id belum lama ini. BRI juga optimistis ke depan kredit restrukturisasi terdampak covid-19 akan terus menurun seiring dengan semakin pulihnya ekonomi pasca pandemi. Sampai dengan Juni 2023, portofolio kredit restrukturisasi Covid-19 PT Bank Mandiri juga tinggal mencapai Rp 26,6 triliun, telah jauh menurun dibandingkan posisi tertinggi di Juni 2021 sebesar Rp 96,5 triliun, dan telah melandai dari posisi Desember 2022 sebesar Rp 36 triliun. Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menyebut, dari sisi kualitas kredit, portofolio Restrukturisasi Covid menunjukkan kinerja yang baik, di mana yang menjadi NPL hanya Rp 1,5 triliun atau 1,5% dari posisi tertinggi portofolio Restrukturisasi Covid sebesar Rp 96,5 triliun. Untuk diketahui, berdasarkan keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 34/KDK.03/2022 tahun 2022, restrukturisasi dapat dilanjutkan sampai Maret 2024 secara selektif untuk sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makanan Minuman, sektor Tekstil dan Produk Tekstil serta Alas Kaki, segmen UMKM dan wilayah Provinsi Bali.
Baca Juga: BTN telah menyalurkan KUR sebesar Rp 824 Miliar Hingga Juli 2023 Berdasarkan ketentuan tersebut, dari portofolio Restrukturisasi COVID-19 Bank Mandiri untuk posisi Juni 2023, terdapat sekitar 68% atau Rp 18 triliun yang tidak
eligible untuk mendapatkan perpanjangan restrukturisasi kredit di mana hanya sekitar Rp 1 triliun yang sudah menjadi NPL. "Dari portofolio restrukturisasi Covid Bank Mandiri posisi Juni 2023, hampir seluruh debitur telah kembali melakukan pembayaran kewajibannya. Hal ini menggambarkan perbaikan kondisi usaha dan kemampuan memenuhi kewajiban pembayaran kredit, walaupun di tengah tren kenaikan suku bunga," kata Siddik. Ke depan pihaknya melihat kenaikan suku bunga akan terbatas atau menjadi stabil, sehingga diharapkan kondisi debitur dapat tetap terjaga dan portofolio kredit restrukturisasi akan terus menurun. Untuk terus menjaga kualitas kredit, termasuk portofolio restrukturisasi, Bank secara aktif melakukan monitoring debitur melalui
early warning system agar segera diketahui penyebab permasalahan dan dapat memberikan strategi mitigasi yang tepat, serta terus menjaga pencadangan kredit secara memadai. Di sisi lain, untuk portofolio Restrukturisasi Covid, Bank Mandiri juga telah membentuk CKPN sekitar Rp 4 triliun, atau setara dengan NPL coverage sekitar 260%, yang menurut pihaknya sudah memadai dan akan terus dikelola sesuai perbaikan kualitas portofolio restrukturisasi Covid.
Baca Juga: Kredit Konsumsi Meningkat, NPL Kartu Kredit Perbankan Tetap Terjaga Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo juga menyampaikan, bahwa tren kredit restrukturisasi covid terus menurun dari tahun lalu di kisaran 20%-23%, saat ini sudah di bawah 17% dan akan terus menurun sampai dengan akhir tahun. "Dengan persentase gagal bayar masih sesuai proyeksi awal yang sekitar 5% dan sudah diantisipasi dengan alokasi pencadangan yang cukup," ujarnya.
Di sisi lain, efek kenaikan suku bunga terhadap kredit restrukturisasi disebut Setiyo tidak berdampak signifikan karena kepihaknya tidak menaikkan bunga secara agresif kepada debitur. Dalam mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit setelah berakhirnya masa restrukturisasi, pihaknya menerapkan strategi dengan mengatur
guidline portofolio kita secara disiplin, mengatur proses
underwriting berbasis risiko, dan memperkuat area penagihan dan
recovery, dan memperkuat pencadangan untuk antisipasi debitur
default. "Pencadangan kita siapkan dan jaga di kisaran 150% sampai dengan akhir tahun," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari