KONTAN.CO.ID - DW. 26 orang terkaya dunia menguasai harta kekayaan setara dengan seluruh harta 50 persen warga termiskin dunia, kata Oxfam dalam laporan terbarunya yang dirilis Senin (21/1) di sela-sela ajang World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss. "Ini tidak bisa dihindari, ini tidak dapat diterima," kata Direktur Eksekutif Oxfam International Winnie Byanyima dalam sebuah wawancara dengan kantor berita AP. Dalam laporan tersebut, yang didasarkan pada data-data dari laporan tahunan Credit Suisse 'Wealth Databook dan Daftar Billionaires', Oxfam mengatakan jumlah miliarder Dolar bertambah hampir dua kali lipat sejak krisis keuangan satu dekade lalu. Namun tingkat pajak pada orang kaya dan korporasi malah turun ke level terendah dalam beberapa dekade.
"Sementara perusahaan dan orang super kaya menikmati tagihan pajak yang rendah, jutaan anak perempuan ditolak mendapatkan pendidikan yang layak, dan perempuan menghadapi kematian karena kurangnya perawatan kehamilan," kata Winnie Byanyima. Sistem pajak yang lebih adil Oxfam mengatakan, untuk mengatasi kesenjangan pembagian kekayaan ini, harus dibuat sistem pajak yang lebih adil. Dengan menaikkan pajak hanya 0,5 persen saja kepada 1 persen orang terkaya dunia, akan terkumpul dana untuk pendidikan 262 juta anak-anak yang sekarang tidak sekolah, dan menyediakan pelayanan kesehatan yang bisa menyelamatkan jiwa 3,3 juta orang. Pemerintahan juga disarankan untuk meninjau kembali pajak atas kekayaan seperti warisan atau properti, yang saat ini dibanyak negara maju makin dikurangi atau dihilangkan, dan di banyak negara berkembang hampir tidak diterapkan. "Pemerintah sekarang harus melakukan perubahan nyata dengan memastikan agar perusahaan dan individu kaya membayar pajak yang adil, dan menginvestasikan uang ini dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis yang memenuhi kebutuhan semua orang - termasuk perempuan dewasa dan anak-anak yang kebutuhannya sering diabaikan," kata Direktur Eksekutif OXFAM Winnie Byanyima. Dia menambahkan, para tokoh yang hadir di Forum Ekonomi Dunia di Davos memiliki kekuatan untuk menjadi "solusi demi mengakhiri ketidaksetaraan ekstrem" ini.