KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyelenggara peer to peer (P2P) lending PT Inclusive Finance Group (Danacita) meraih pendanaan Seri A senilai US$5 juta. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Monk's Hill Ventures dan Qualgro. Pendanaan ini akan digunakan untuk meningkatkan layanan pembiayaan pendidikan. Juga menjangkau lebih banyak lagi pelajar di Indonesia melalui kerjasama dengan mitra lembaga pendidikan, serta berinvestasi dalam inovasi produk untuk mempererat interaksi dan hubungan dengan pelajar dan sekolah. Hingga saat ini, Danacita telah bekerjasama dengan berbagai universitas dan sekolah kejuruan terkemuka dan terakreditasi di Indonesia, diantaranya, President University, UNTAR, IT PLN, dan Wall Street English.
Baca Juga: Traveloka bakal luncurkan layanan keuangan di Thailand dan Vietnam Direktur Danacita Alfonsus Wibowo menyatakan Indonesia memasuki era Industri 4.0, dan faktor pendidikan adalah salah satu kunci penting yang dibutuhkan untuk dapat memiliki daya saing. Maka permintaan terhadap akses pendidikan tinggi yang berkualitas terus meroket dari tahun ke tahun. “Namun karena masih kurangnya dukungan pembiayaan di sektor pendidikan, hampir dua pertiga pelajar Indonesia tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Tolak ukur kesuksesan misi kami terletak pada seberapa banyak kami dapat memperluas akses pendidikan bagi lebih banyak lagi pelajar di Indonesia untuk membantu membangun masa depan yang lebih baik,” ucap Alfonsus dalam keterangan tertulis pada Kamis (25/2). Saat ini, platform teknologi Danacita telah berhasil memberikan bantuan pendanaan bagi ribuan pelajar yang kurang mampu secara finansial, dan telah mencatatkan pertumbuhan hingga 3 kali lipat di tahun 2020. Dengan sistem pembayaran bulanan, Danacita membantu untuk memfasilitasi pembiayaan pendidikan bagi pelajar di Indonesia sehingga mereka bisa mencapai aspirasi mereka dan mengatasi permasalahan keterbatasan dana. Peng T. Ong, Co-founder and Managing Partner of Monk’s Hill Ventures bilang akses pendidikan tinggi yang terjangkau masih menjadi masalah besar di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, di mana biayanya hampir dua kali lipat dari rata-rata PDB per kapita. Sementara itu, dukungan pembiayaan di sektor pendidikan masih kurang dan sering terkendala dengan suku bunga tinggi yang ditetapkan oleh lembaga keuangan tradisional serta keterbatasan layanan dari banyak perusahaan pemberi pinjaman peer-to-peer (P2P). Baca Juga: Lender dikenakan pajak, fintech bilang tak akan surutkan minat pemberi pinjaman