Pabrik amonia milik ESSA rampung 45%



JAKARTA. Rencana PT Surya Esa Perkasa Tbk menggarap lini bisnis baru selain liquefied petroleum gas (LPG) dan kondensat, tak lama lagi akan terealisasi. Melalui anak usahanya, PT Panca Amara Utama, Surya Esa Perkasa kini membangun pabrik amonia di Kecamatan Banggai, Sulawesi Tengah.

Prakash Bumb, Vice President Finance Surya Esa Perkasa, bilang, progres pabrik yang dibangun dengan investasi US$ 830 juta itu kini sudah mencapai 45%. Jika tak ada aral melintang, pabrik beroperasi tahun 2017.

Sampai saat ini, Surya Esa Perkasa telah menyerap dana pembangunan pabrik senilai US$ 200 juta. "Mungkin akhir Oktober atau November ada penambahan untuk pembangunan," kata Prakash, Kamis (22/9).


Asal tahu saja, dalam pembangunan pabrik amoniak tersebut, emiten berkode saham ESSA ini mendapatkan pinjaman dana segar dari International Finance Corporation (IFC) senilai US$ 509 juta. Adapun sisa modal bikin pabrik lain berasal dari ekuitas senilai US$ 321 juta.

Jika tak ada aral melintang, pabrik amonia itu akan memproduksi 2.000 ton amonia per hari atau 700.000 ton per tahun. Terkait penjualan hasil produksi, ESSA telah menggandeng Mitsubishi Corporation yang bertindak sebagai pemasaran amonia.

Manajemen ESSA mengklaim, saat ini sudah ada stand by buyer untuk produk amonianya. Namun, siapa nama perusahaannya, pihak ESSA belum bisa mengumumkannya. Prakash menyatakan, jika pabrik amonia berproduksi, maka tahun 2018 kontribusinya ditargetkan 30% terhadap pendapatan ESSA.

Jika pengerjaan fisik yang selesai 45%, beda hal dengan pengerjaan engineering yang sudah mencapai 96% di semester pertama 2016. Untuk diketahui saja, pabrik amonia menempati lahan seluas 200 hektare (Ha), namun lahan yang terpakai baru 50 Ha.

Ida Bagus Made Putra Jandhana, Direktur Pengembangan Bisnis ESSA, menambahkan, Mitsubishi Corporation telah menggaransi penjualan amonia ke pembeli domestik dan ekspor. Dirinya mengungkapkan, 80% amonia nantinya digunakan untuk fertilizer atau pupuk kimia NH3.

Sedangkan sisa produksi lainnya akan digunakan dan dipasarkan untuk bahan peledak seperti TNT yang digunakan untuk industri pertambangan dan konstruksi. Sebagian kecil untuk pemutih. Bagus menjelaskan, pabrik yang memiliki luas lahan 200 ha tersebut berpotensi dikembangkan lebih lanjut jika sudah beroperasi. "Sangat bisa ditingkatkan, itu tergantung dari komposisinya," tambah Bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia