BONTANG. Pabrik amonium nitrat milik PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) akhirnya resmi beroperasi. Pabrik bahan peledak terbesar di tanah air ini rencananya akan memproduksi amonium nitrate prilled sebanyak 300.000 metrik ton per tahun. Peresmian operasionalisasi pabrik yang terletak di kawasan Kaltim Industrial Estate, Turnisia, Bontang, Kalimantan Timur ini dilakukan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, didampingi Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek dan Walikota Bontang Adi Darma. Antung Pandoyo, Direktur Utama KNI, mengatakan, pembangunan pabrik KNI merupakan solusi untuk memenuhi kebutuhan amonium nitrate di dalam negeri yang selama ini bergantung pada impor. Proses pembangunan pabrik ini sudah dimulai sejak tahun 2009 lalu. Selama ini, Indonesia mengimpor sekitar 70% dari kebutuhan bahan peledak, atau sebesar 550.000 metrik ton per tahun. Dengan hadirnya pabrik ini, Antung yakin bisa memenuhi permintaan dalam negeri sebesar 300.000 ton berupa amonium nitrate prilled. "Saat ini, kesiapan operasional telah mencapai 100%," kata Antung. Walaupun baru diresmikan bulan Juni, namun pabrik ini sudah mulai berproduksi sejak pertengahan April 2012 lalu. Pabrik ini berdiri di atas lahan seluas 10 hektare (ha) dengan nilai investasi senilai Rp 4 triliun.
Pabrik bahan peledak milik KNI resmi beroperasi
BONTANG. Pabrik amonium nitrat milik PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) akhirnya resmi beroperasi. Pabrik bahan peledak terbesar di tanah air ini rencananya akan memproduksi amonium nitrate prilled sebanyak 300.000 metrik ton per tahun. Peresmian operasionalisasi pabrik yang terletak di kawasan Kaltim Industrial Estate, Turnisia, Bontang, Kalimantan Timur ini dilakukan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, didampingi Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek dan Walikota Bontang Adi Darma. Antung Pandoyo, Direktur Utama KNI, mengatakan, pembangunan pabrik KNI merupakan solusi untuk memenuhi kebutuhan amonium nitrate di dalam negeri yang selama ini bergantung pada impor. Proses pembangunan pabrik ini sudah dimulai sejak tahun 2009 lalu. Selama ini, Indonesia mengimpor sekitar 70% dari kebutuhan bahan peledak, atau sebesar 550.000 metrik ton per tahun. Dengan hadirnya pabrik ini, Antung yakin bisa memenuhi permintaan dalam negeri sebesar 300.000 ton berupa amonium nitrate prilled. "Saat ini, kesiapan operasional telah mencapai 100%," kata Antung. Walaupun baru diresmikan bulan Juni, namun pabrik ini sudah mulai berproduksi sejak pertengahan April 2012 lalu. Pabrik ini berdiri di atas lahan seluas 10 hektare (ha) dengan nilai investasi senilai Rp 4 triliun.