Pabrik baru nyaris kelar, capex SMBR susut



JAKARTA. Belanja modal atau capital expenditure (capex) PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) tahun ini turun drastis menjadi Rp 617,8 miliar ketimbang tahun lalu mencapai Rp 2,3 triliun. Penyebabnya, pembangunan pabrik Semen Baturaja II di Sumatra Selatan hampir selesai.

Dengan progres itu, Zulfikri Subli, Sekretaris Perusahaan SMBR, mengatakan, Semen Baturaja hanya menyiapkan anggaran belanja modal untuk penyelesaian pabrik tersebut. "Proses sudah hampir rampung, Juni diharapkan beroperasi," kata Zulfikri kepada KONTAN, Jumat (13/1).

Sumber dana belanja modal tahun ini berasal dari kas internal dan pinjaman bank yang masih tersedia. SMBR akan menggunakan dana belanja Rp 375,09 miliar untuk penyelesaian pabrik Baturaja II. Lalu, alokasi anggaran sebesar Rp 157,90 miliar untuk pengembangan dan Rp 84,82 miliar buat investasi rutin. Jadi, total bujet belanja produsen semen pelat merah ini mencapai Rp 617,8 miliar.


Untuk membangun pabrik Semen Baturaja II, emiten yang masuk bursa pada 2013 ini menggelontor biaya investasi total Rp 3,3 triliun. Pabrik ini berkapasitas 1,85 juta ton per tahun. Setelah beroperasi Juni nanti, total kapasitas produksi SMBR akan naik menjadi 3,85 juta ton per tahun.

Dengan kehadiran pabrik anyar itu, SMBR menargetkan pertumbuhan penjualan 23% jadi 2 juta ton per tahun, dari sebelumnya hanya 1,6 juta setahun. Pabrik Semen Baturaja II akan menyumbang penjualan 500.000 ton. Sedang sisanya 1,5 juta ton akan berasal dari penjualan pabrik-pabrik yang lama.

Pemasaran produk Semen Baturaja terfokus di dua wilayah yaitu Sumatra Selatan dan Lampung. Kedua daerah ini memberi kontribusi sebanyak 96,15% dari total penjualan atau senilai Rp 1 triliun. Sisa penjualan berasal dari kawasan Pulau Sumatra lain, seperti Jambi dan Bengkulu.

Penjualan semen perusahaan yang berdiri 1974 ini terbantu oleh proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Contoh, proyek-proyek yang saat ini masih berjalan yaitu kereta ringan alias light rapid transit (LRT) di Palembang, jembatan, jalan, dan wisma atlet yang disiapkan untuk perhelatan Asian Games 2018.

Tapi, Adrian Priyatna, Analis Erdikha Elit Sekuritas, menuturkan, kinerja SMBR tahun 2016 sejatinya relatif turun dibandingkan dengan 2015. Pendapatan SMBR hanya naik tipis dari Rp 1,03 triliun ke Rp 1,04 triliun pada kuartal ketiga tahun lalu.

Untuk tahun ini, Adrian memperkirakan, permintaan semen belum akan pulih sehingga kinerja SMBR belum akan membaik. "Secara PE, SMBR sudah sangat overvalued, di level 92,9 kali. Sehingga, kami merekomendasikan netral saham ini untuk jangka panjang," kata Adrian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini