KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan pabrik baterai untuk kendaraan listrik milik PT HKML Battery Indonesia resmi dimulai. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebagai produsen nikel dinilai akan ikut mendapat sentimen positif dari perkembangan industri baterai listrik tersebut. Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu menjelaskan, pembangunan pabrik baterai listrik memang belum akan berdampak secara langsung pada kinerja INCO. Namun, ia melihat, setidaknya INCO akan mendapatkan momentum positif dari kenaikan harga nikel secara global seiring potensi permintaan yang akan meningkat. “Kenaikan harga nikel global, pada akhirnya akan mendorong kenaikan revenue INCO secara keseluruhan,” kata Dessy ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/9).
INCO Chart by TradingView Melihat hal tersebut, Dessy menilai strategi bisnis INCO tersebut merupakan hal yang tepat dan positif. Pasalnya, INCO akan tetap memanfaatkan momentum pertumbuhan industri baterai listrik. Baca Juga: ANTM dan INCO Makin Terang Berkat Sentimen Pabrik Baterai Mobil Listrik Dengan industri yang baru mulai bertumbuh, menurutnya, ada potensi yang luas bagi INCO untuk masuk ke industri baterai listrik dan memanfaatkannya secara jangka panjang. Untuk tahun ini, Dessy melihat kinerja INCO masih akan ditopang oleh tren positif harga nikel sejauh ini. Ia meyakini di sisa tahun berjalan ini, kenaikan permintaan serta pasokan yang terdisrupsi masih berpotensi menjadi pendorong kecenderungan uptrend harga nikel. Proyeksinya, harga rata-rata nikel berada di level US$ 18.200 per ton - US$ 18.800 per ton pada periode yang sama. Sementara dari sisi produksi, Dessy memproyeksikan volume penjualan nikel INCO tahun ini sebesar 64.400 ton, dan naik 23.6% yoy menjadi 79.700 ton pada 2022. Hingga semester I-2021, INCO tercatat sudah memproduksi nikel sebanyak 30.246 ton. Realisasi tersebut baru mencerminkan 47,3% dari target produksi INCO pada tahun ini yang sebesar 64.000 ton “Kenaikan harga nikel dan produksi INCO akan didukung oleh sentimen baterai kendaraan listrik yang kami proyeksikan akan mendorong optimisme investor terhadap industri nikel,” imbuh Dessy. Selain itu, menurutnya katalis positif lain untuk kinerja INCO datang dari pembangunan smelter Bahodopi. Pada 24 Juni lalu, INCO menandatangani perjanjian kerjasama untuk membentuk joint venture (JV) bersama dengan TSCO dan Xinhai. JV tersebut akan membangun smelter nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah yang ditargetkan memproduksi 73.000 ton nikel per tahun. Dessy bilang, dengan ekspektasi waktu konstruksi 36 bulan, JV tersebut diharapkan mulai berkontribusi pada 2024. Sehingga secara jangka panjang memberikan outlook kinerja yang menjanjikan untuk INCO. Dessy merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 6.700 per saham. Editor: Herlina Kartika Dewi