Pabrik beroperasi, Oppo bidik pangsa pasar 8,8%



JAKARTA. Produsen telepon seluler (ponsel) asal China Oppo optimistis dengan prospek bisnis di Indonesia. Hingga September 2015, penjualan ponsel Oppo tercatat 200.000 unit per bulan. Angka penjualan ini diprediksi naik seiring beroperasinya pabrik mereka di Tangerang, Banten.

Aryo Meidianto, Media Engagement PT Indonesia Oppo Electronics bilang, tahun ini mereka menargetkan bisa menguasai pangsa pasar ponsel 8,8% di Indonesia. Sebagai gambaran, Oppo mengklaim telah menguasai sekitar 5,29% tahun lalu. Angka pangsa pasar Oppo 2014 ini mengacu pada angka impor ponsel Oppo sepanjang 2014.

"Pihak prinsipal kami optimistis dan telah menunjuk Indonesia sebagai basis produksi terbesar kedua setelah China," kata Aryo kepada KONTAN, Senin (21/9).


Mengacu riset dari konsultan Counterpoint Technology Market Research, munculnya produk Oppo di pasar Indonesia telah meningkatkan pangsa pasar ponsel asal China di Indonesia menjadi 16%. Selain Oppo, produsen ponsel asal China yang lebih dulu masuk Indonesia adalah Lenovo.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada 2014 lalu, Oppo mengimpor 1,97 juta unit ponsel ke Indonesia dan menempatkan Oppo di posisi ke-7 sebagai penguasa pasar ponsel terbesar di Indonesia. Oppo juga melampaui impor ponsel Lenovo yang tercatat 1,57 juta unit dengan pangsa pasar 3,88% di 2014.

Jika rata-rata penjualan Oppo 200.000 unit per bulan, maka dalam setahun Oppo setidaknya menjual 2,4 juta ponsel atau naik 21,8% ketimbang realisasi impor ponsel Oppo pada 2014. Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini Oppo tak lagi mengandalkan impor, karena telah memiliki pabrik perakitan ponsel di Tangerang.

Ada tiga produk ponsel Oppo yang bisa dirakit di Indonesia dengan total kapasitas produksi 500.000 unit per bulan. Hingga kini, pabrik yang beroperasi Agustus 2015 ini baru bisa memproduksi 300.000 unit per bulan. Dari kapasitas produksi terpasang ini, 30.000 unit–40.000 unit untuk pasar domestik, sisanya untuk ekspor ke Malaysia dan Singapura.

Aryo bilang, mereka membangun pabrik senilai US$ 30 juta karena melihat peluang besar di pasar ponsel Indonesia. Apalagi, penjualan ponsel Oppo di Indonesia berkontribusi 25% atas penjualan Oppo secara global.

Menanggapi kesan negatif ponsel merek China, Aryo mengklaim sudah punya solusi yakni meningkatkan riset dan pengembangan. Yang terbaru, Oppo yang masuk pasar Indonesia sejak Maret 2013 lalu ini, melakukan riset pengisian baterai secara cepat dengan investasi US$ 150 juta. "Banyak riset yang kami kembangkan, dan pastinya akan membutuhkan dana besar," kata Aryo.

Kembali mengutip data Counterpoint Technology Market Research, sampai kuartal II 2015, Oppo memiliki pangsa pasar 2% secara global atau sama dengan Lenovo. Adapun ponsel asal China lainnya seperti Huawei dan Xiaomi menguasai pangsa pasar ponsel global lebih besar, masing-masing 7% dan 4%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan