KONTAN.CO.ID - Pabrik pengemasan produk minuman PepsiCo dan Coke di Tepi Barat mengaku telah kehabisan stok kaleng dan gula. Penutupan perbatasan Yordania yang berkepanjangan jadi penyebabnya. Tidak hanya di Gaza, wilayah Tepi Barat Palestina juga merasakan eskalasi kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Israel selama satu tahun terakhir. Akibatnya, jalur perdagangan penting di jembatan Allenby sebagian besar telah ditutup untuk lalu lintas komersial sejak awal September 2024. Penutupan dipicu oleh aksi penembakan seorang pria Yordania yang menewaskan tiga orang Israel.
Sektor bisnis kini mulai terganggu, termasuk pabrik pengemasan minuman barkarbonasi populer milik PepsiCo dan Coke.
Baca Juga: Israel Berencana Mengusir Seluruh Warga Sipil dari Gaza Utara Hatim Omari, manajer pabrik yang membotolkan Pepsi, 7UP dan Mirinda untuk dijual di wilayah Palestina, mengatakan bahwa sebelum ini pasokan gula dan kaleng diangkut ke Tepi Barat dari Yordania melalui jembatan. "Fasilitas Pepsi kehabisan bahan baku untuk minuman ringan kalengnya sekitar 15 hari lalu. Kami belum bisa mendapatkan kiriman kaleng atau gula baru selama lebih dari satu bulan. Gulanya berasal dari Arab Saudi," kata Omari di fasilitas PepsiCo di Jericho, Tepi Barat. Omari menambahkan, produksi waralaba pembotolan Pepsi turun sekitar 35%. Sebelum ini mereka mampu memproduksi 60 juta liter minuman per tahun.
Tonton: 1 Tahun Perang Gaza dalam Hitungan Israel: Lebih dari 40.000 Target Dibom Senasib dengan itu, pabrik pembotolan Coca-Cola yang berkantor pusat di Ramallah juga kehabisan stok beberapa rasa minuman ringan dan tidak lagi memiliki persediaan gula dan kaleng seperti biasanya. Manajer Umum National Beverage Company, Imad Hindi, khawatir situasi ini akan mematikan bisnis swasta yang ada di kawasan tersebut. "Jika situasi ini terus berlanjut, maka sebagian besar pelaku sektor swasta termasuk kami akan menemui jalan buntu," kata Hindi, dikutip
Reuters. Baca Juga: 4 Tokoh yang Disebut-sebut Bakal Menjadi Pemimpin Hamas Berikutnya Pabrik Coca-Cola senilai US$25 juta yang ada di Jalur Gaza kini telah hancur. Pabrik-pabrik minuman ini menjadi sektor bisnis terbaru yang merasakan dampak langsung dari aksi brutal militer Israel, tidak hanya di Palestina tapi juga wilayah Timur Tengah lainnya. Serangan Israel ke Gaza setahun lalu memicu tindakan keras kelompok Houthi Yaman di Laut Merah. Mereka terus mengadang kapal kargo yang berlayar menuju Israel atau memiliki afiliasi dengan entitas Israel. Situasi itu mendorong beberapa perusahaan konsumen global untuk mengalihkan barang dagangan mereka dari Asia untuk berlayar mengelilingi Afrika.