Pabrik semen terhambat, kinerja INTP tetap sehat



JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) sejak tahun 2011 telah merencanakan pembangunan tiga pabrik semen baru, di Citereup Jawa Barat dan Pati, Jawa Tengah, serta satu lagi di luar Pulau Jawa. Sayang, pembangunan pabrik semen di Pati ditolak keberadaannya oleh masyarakat sekitar.

Tahap awal pembangunan pabrik di Pati yang ditargetkan mulai awal 2013, kini terancam molor. Izin analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) pabrik berkapasitas 2,5 juta ton per tahun itu belum kunjung datang.

Analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas, Adolf Sutrisno berpendapat, keterlambatan pembangunan pabrik baru dapat mengganggu rencana peningkatan produksi INTP. Idealnya mereka segera mencari alternatif lokasi pengganti. Jika terlalu lama tertunda akan terlambat menyerap lonjakan permintaan pasar yang ujung-ujungnya kinerja tak tumbuh signifikan. 


INTP, lanjut Adolf, adalah pemimpin pasar di Jawa dengan pangsa pasar sebesar 41,9%. "Ada dua pemain besar seperti Semen Gresik dan Holcim yang bisa menggerus market share INTP. Mereka juga menyiapkan kenaikan produksi," terangnya. 

Saat ini, kapasitas produksi terpasang INTP dari 12 pabriknya mencapai 18,6 juta ton per tahun. Dalam empat tahun ke depan, INTP menargetkan pertambahan kapasitas produksi hingga 9,4 juta ton. 

Gifar Indra Sakti, Analis Sucorinvest Central Gani dalam risetnya memperkirakan, penjualan semen INTP tahun 2013 tumbuh 7% menjadi 17,75 juta ton. Sementara pendapatan mereka bisa naik 12,5% dari Rp 15,9 triliun di tahun 2012, menjadi Rp 17,9 triliun. Laba bersihnya ditaksir meningkat 17% dari Rp 4,46 triliun menjadi Rp 5,23 triliun. 

Kinerja tetap moncer

Kelebihan INTP saat ini adalah neraca keuangannya yang sangat sehat. Kas perusahaan semen itu mencapai Rp 7 triliun.  Rasio utang berbanding ekuitas (DER) pun hanya 0,2 kali. 

Analis Valbury Asia Securities, Budi Rustanto mengatakan, kinerja INTP per September 2012 lalu, melebihi ekspektasi analis. Laba bersihnya naik 30,2% dari Rp 2,5  triliun menjadi Rp 3,3 triliun. 

Kenaikan laba bersih tertopang oleh lonjakan pendapatan sebesar 26,5% dari Rp 9,7 triliun menjadi Rp 12,3 triliun. Perhitungan Budi, laba bersih INTP tahun 2013 diperkirakan naik 11,11% dari Rp 4,5 triliun  sampai akhir 2012, menjadi Rp 5 triliun. 

Meski mengkhawatirkan rencana pertumbuhan produksi, Adolf yakin, kinerja INTP masih moncer. "Pertumbuhan properti dan infrastruktur milik swasta serta pemerintah, akan mengerek permintaan semen," tuturnya.

Adolf memperkirakan, pendapatan INTP tahun 2013 bisa naik 13,69% dari Rp 16,8 triliun menjadi Rp 19,1 triliun. INTP juga digadang mengantongi kenaikan laba bersih sebanyak 15,56% dari Rp 4,5 triliun menjadi Rp 5,2 triliun. 

Ketiga analis masih merekomendasikan beli saham INTP. Gifar menetapkan target harga Rp 25.100 per saham, mencerminkan PER tahun 2013 sebesar 18 kali, yang masih lebih murah dari PER industri 19,3 kali.

Adolf memberikan target harga Rp 26.450 dengan PER 18,5 kali. Sementara, Budi memberi target harga senilai Rp 25.000 yang mengindikasikan PER 15,9 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.