Pabrikan otomotif dalam negeri siap masuk ke bisnis kendaraan listrik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski regulasi dan insentif resmi belum keluar, sejumlah pabrikan berencana menjual kendaraan listriknya. Tak hanya mobil tapi juga sepeda motor dan bus. 

Misalnya grup Bakrie yang akan meluncurkan dua tipe bus. Dengan bus tipe berpenumpang 33 kursi dan 24 kursi. Bus tersebut ditargetkan ke kawasan perkotaan.

CEO PT Bakrie Autoparts, Dino A Ryandi menjelaskan sudah saatnya menunjukkan bahwa bus listrik itu ada dan merupakan keniscayaan dalam sistem transportasi nasional, terutama di perkotaan. "Tahun ini kita mulai coba trial bus ke PT Trans Jakarta. Kita harapkan tahun 2020 sudah resmi beroperasi," kata Dino, Rabu (20/3).


Dino mengatakan, pihaknya bekerjasama dengan pabrikan bus listrik dari Tiongkok, BYD Auto Co.Ltd. Adapun PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) melalui PT Bakrie Autoparts sebagai unit usahanya, mulai memasuki bisnis bus listrik sejak 2018 lalu.

Sambil menunggu dikeluarkannya regulasi pemerintah yang lebih pasti mengenai kendaraan listrik, BNBR telah mulai menjajaki kemungkinan kerja sama dengan sejumlah pemerintah daerah dan kota besar di Indonesia. “Kami cukup optimistis, sebab kami tidak sekadar menjual kendaraan bus, tapi juga menawarkan sistem transportasi untuk kota-kota di Indonesia,” kata Dino.

Adapun secara infrastruktur, nantinya BYD akan menyediakan stasiun pengisian bahan bakar listriknya. Sedangkan untuk karoserinya, Bakrie akan bekerjasama dengan mitra karoseri lokal. Untuk saat ini pihaknya sudah bekerjasama dengan perusahaan karoseri Nusantara Gemilang. Sedangkan untuk sasinya masih dimpor dari China.

Secara bertahap beberapa tahun ke depan, bus ini juga akan diproduksi secara lokal. Hal tersebut bisa terjadi bila skala ekonomi tercapai. Dalam joint venture (JV) antara BYD dan Bakrie tersebut akan dibangun pabrik khusus kendaraan listrik. “Mereka tentu akan berani investasi di luar karena mereka sudah punya 11 pabrik di luar China,” jelasnya.

Toyota pun berencana akan masuk mengembangkan kendaraan Low Carbon Emmision Vehicle (LCEV). Salah satu jenis kendaraan yang akan dikembangkan yakni kendaraan hibrida (hybrid).

Pemerintah siap memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema Pajak PenjualanBarang Mewah (PPnBM). Dalam aturan baru ini, PPnBM tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, namun pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Semakin rendah emisi, semakin rendah tarif PPnBM kendaraan. Skema itu tengah dikonsultasikan oleh pemerintah pada parlemen.

Perubahan skema PPnBM ini diproyeksikan berlaku pada tahun 2021. Hal tersebut mempertimbangkan pada kesiapan para pelaku usaha. Dengan tenggat waktu dua tahun, pelaku usaha akan mampu melakukan penyesuaian dengan teknologi atau bisa memenuhi syarat untuk mendapatkan tarif PPnBM yang lebih rendah lalu pelaku usaha baru bisa mendapatkan kepastian berusaha.

Executive General Manager PT Toyota Astra Motor Fransiscus Soerjopranoto menjelaskan Toyota dalam persiapan menuju adanya aturan tersebut. Namun Toyota masih menunggu regulasi dan insentif untuk dapat memilih kendaraan tepat yang dikembangkan. “Tapi bisa dalam dua tahun untuk adaptasi aturan,” kata Fransiscus kepada Kontan.co.id, Kamis (21/3).

Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono menjelaskan untuk saat ini Toyota akan menunggu kebijakan resmi dari pemerintah mengenai regulasi kendaraan listrik. Di sisi lain Toyota juga melihat pola kebutuhan konsumen baik domestik maupun juga ekspor.

“Untuk kondisi infrastruktur sekarang maka kendaraan hybrid yang cepat diterima,” kata Warih, Selasa malam (19/3).

Toyota akan mendukung target pemerintah di mana pada tahun 2025, sebesar 20% pasar otomotif domestik diisi oleh kendaraan listrik. Untuk keperluan pengembangan kendaraan itu, Toyota juga berencana untuk mempersiapkan investasinya di Indonesia.

Catatan saja, untuk periode investasi 2015 hingga 2019, TMMIN sudah investasi sebesar Rp 27,6 triliun. “Kami akan investasi lagi dalam waktu dekat,” kata Warih.

Selain itu, di sepeda motor PT Astra Honda Motor (AHM) yang di awal tahun resmi meluncurkan Honda PCX Electric sebagai jawaban atas tren elektrifikasi sepeda motor masa depan. Adapun AHM menyiapkan skema bisnis tersendiri yang akan diimplementasikan secara bertahap atau gradual.

General Manager Sales PT Astra Honda Motor (AHM) Ignatius Didi Kwok mengatakan pada tahap awal, AHM menjalankan skema bisnis untuk Honda PCX Electric berupa penyewaan kepada perusahaan untuk mendukung operasional bisnis perusahaan di berbagai lini. AHM akan menggandeng pihak ketiga dalam melayani penyewaan dengan berbagai perusahaan. 

Kegiatan penyewaan ini akan dimulai pada kuartal pertama 2019 di beberapa kota besar Indonesia. “Untuk sekarang masih dalam proses kerjasama dengan perusahaan,” kata Ignatius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi