JAKARTA. Perusahaan financial technology (fintech) Amartha menargetkan penyaluran pembiayaan hingga Rp 310 miliar pada 2017. Jumlah ini hampir lima kali lipat ketimbang pencapaian penyaluran Amartha sejak 2010 hingga 2016 lalu.Sejak Amartha berdiri tahun 2010 sebagai koperasi hingga berubah menjadi perseroan terbatas (PT) pada tahun 2016, Amartha telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 70 miliar.Untuk memenuhi target pembiayaan tahun ini, Amartha bakal memperluas jangkauannya hingga Jawa Tengah dan Jawa Timur. Saat ini, bisnis Amartha masih terkonsentrasi di Jawa Barat, secara spesifik di Subang, Bandung dan Bogor. Hingga saat ini Amartha memiliki 18 cabang.
Sepanjang tahun ini, Amartha akan menambah 50 cabang. Jika penambahan cabang terealisasi, Amartha akan memiliki 68 cabang di akhir 2017. Segmen bisnis Amartha ditujukan bagi pengusaha mikro yang ada di kecamatan atau desa-desa terpencil di daerah Jawa Barat. Bisnis yang mereka jalankan ialah bisnis tanggung renteng yang diperuntukkan untuk ibu-ibu rumah tangga. Bisnis tersebut menyasar pada sektor perdagangan, pertanian, peternakan, perumahan, industri rumah tangga, jasa, air dan sanitasi, pendidikan, dan kesehatan. Sistem peminjamannya masih dengan sistem offline dikarekanakan kebanyakan peminjam berada di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau internet. Sektor perdagangan merupakan sektor yang banyak peminatnya dengan jumlah mencapai 20.000 peminjam. Lydia Kusnadi, Visual Communication Strategist Amartha mengatakan, bisnis tanggung renteng ini harus beranggotakan kelompok ibu-ibu minimal 15 orang dan maksimal 25 orang. "Nantinya jika ada salah satu orang yang tidak bisa membayar kredit pinjamannya, maka akan ditanggung renteng oleh kelompok tersebut. Sistem tanggung renteng ini yang membuat non performing loan (NPL) Amartha 0%," kata Lydia, Rabu (29/3) Sebelum para peminjam mengajukan pembiayaan, Amartha akan melakukan uji kelayakan melalui Field Officer (FO) yang akan datang ke rumah peminjam dan melakukan pengecekan terhadap kondisi dan kepemilikan rumahnya. "Nantinya FO juga akan memantau lagi bisnis peminjam tersebut jalan atau tidak," papar Lydia.
Untuk investor, imbal hasilnya bisa mencapai 20%, namun jumlah bersihnya sebesar 19%. Sebab, ada biaya administrasi sebsar 1% untuk Amartha. Investor yang ingin berinvestasi minimal menaruh dana investasi sebesar Rp 3.000.000. Investasi Rp 3.000.000 ini digunakan untuk satu project per tahun. "Jadi nanti setiap investor memilih membiayai bisnis ibu-ibu yang mana. Saat ini, sudah ada 7.000 investor, jumlah investasinya macam-macam mulai dari minimal Rp 3000.000 sampai kisaran Rp 1 miliar," ujar Anita Rosalina, Digital Strategist Amartha. Anita menyebut, bunga untuk peminjam dikenakan 30%, akan tetapi 10% diperuntukkan Amartaha guna biaya operasional. "Dikarenakan biaya operasional dari Amartha yang banyak, harus datang ke lokasi peminjam secara langsung maka salah satunya kita ambil pendapatan dari situ," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini