Pada Tahun Depan, BRI Targetkan LAR Turun ke Kisaran 9% hingga 10%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat kondisi ekonomi global semakin fluktuatif, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) justru optimistis bisa melanjutkan perbaikan kualitas kredit yang dimiliki. Ini tercermin dari target Loan at Risk (LAR) BRI di tahun depan.

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto bilang pihaknya menargetkan tahun depan LAR bank yang fokus di segmen UMKM ini ada di kisaran 9% hingga 10%.

"Kami optimistis bahwa tahun depan LAR BRI akan kembali di posisi normal seperti sebelum pandemi," ujar Agus dalam keterangan resminya (7/10).


Sebagai informasi, LAR BRI pada 2019 hanya berada di level 9,78%. Sementara, di tahun berikutnya naik hingga 28,26% diakibatkan ada kondisi pandemi Covid-19. Adapun, hingga September 2023, LAR BRI sudah kembali turun mendekati target yaitu berada di level 13,87%. Periode sama tahun lalu, LAR nya masih di level 19,28%.

Baca Juga: Bank BTN Gelar Program Promo di Banyak Merchant Jelang BTN Jakarta Run

Agus pun menyebutkan penurunan LAR ini juga diikuti dengan membaiknya kualitas NPL dari BRI. Di periode yang sama, NPL BRI berada di level 3,07%, lebih rendah 2bps dari posisi sama tahun lalu.

Ia bilang penurunan tersebut dikarenakan upaya-upaya yang sudah dilakukan BRI, antara lain bersih-bersih portofolio kredit terutama kredit restrukturisasi terdampak Covid sebagai bagian dari soft-landing strategy yang diimplementasikan sejak tahun lalu. 

Hanya saja, Agus bilang upaya ini membutuhkan cadangan risiko kredit yang cukup, dimana BRI telah melakukan pembentukan biaya CKPN yang besar selamat periode pandemi sampai 2022, dengan meningkatkan rasio Loan Loss Reserves (LLR) dari 4,4% di tahun 2019 menjadi 8,21% di tahun 2022.

Agus menambahkan bahwa dengan front loading yang telah dilakukan di tahun 2020 sampai 2022, upaya untuk menjaga kualitas kredit ini berdampak terhadap cost of credit BRI yang terus membaik.

Adapun Cost of Credit (CoC) BRI hingga kuartal III-2023 berada di level 2,44% atau membaik jika dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 3,02%.

"Sebagai bagian dari soft landing strategy, BRI juga tetap menyediakan pencadangan yang memadai," ujarnya. 

Sementara itu, LAR Coverage BRI mencapai 50,92%, dan akan tetap dijaga di atas 50%. Namun karena upaya bersih-bersih, portofolio tersebut dilakukan antara lain melalui hapus buku pinjaman NPL, maka NPL Coverage BRI turun ke level 228,65%. 

"Rasio tersebut masih lebih tinggi dibandingkan level pre-pandemic sebesar 185,9% di 2018 dan 154,63% di tahun 2019.

Baca Juga: Perbankan Siapkan Antisipasi Hadapi Kondisi Global yang Kian Tak Pasti

Di sisi lain, lanjut Agus, penurunan NPL Coverage ini adalah strategi BRI untuk melakukan hapus buku terhadap kredit-kredit UMKM, terutama di segmen mikro dan kecil, yang terdampak COVID-19 dan tidak dilakukan restrukturisasi lanjutan. 

Dengan demikian, strategi BRI dalam menghadapi kondisi saat ini sejalan dengan kebijakan relaksasi dari OJK yang akan berakhir di Maret 2024. 

"Sebab, dampak dari pandemi Covid-19 terhadap kredit yang direstrukturisasi belum tentu 100% berhasil," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi