KONTAN.CO.ID - Pariwisata Taiwan kian menggeliat. Wisata di negeri berjuluk Formosa atau pulau yang indah ini, tak hanya menjual objek wisata
mainstream. Hutan, padang rumput, hingga perkebunan juga dikemas apik menjadi destinasi agrowisata. Konsep wisata menyatu dengan alam ini jadi magnet khusus bagi mereka yang bosan dengan hiruk pikuk perkotaan. Saya bersama rekan-rekan jurnalis dari Indonesia telah menjajal tiga dari ratusan agrowisata yang ada di Taiwan pada trip hari pertama, akhir September lalu. Mengitari kebun bunga, panen buah di kebun, hingga menginap di hutan, menorehkan pengalaman tersendiri di benak saya. Petualangan itu saya bagikan di sini:
Bunga dan buah ‘bercerita’ di negeri Formosa (1) Berbekal pengalaman hari pertama, saya semakin penasaran dengan keunikan apa lagi yang ditawarkan destinasi agrowisata lainnya. Dari Fairy Lake Leisure Farm di Distrik Dongshan, Tainan City, perwakilan Taiwan Leisure Farm Development Association (TLFDA) membawa kami melanjutkan trip hari kedua. Destinasi awal, Tsou Ma Lai Leisure Farm di Distrik Yujing. Lokasinya masih di wilayah Tainan City, sehingga perjalanan menuju agrowisata terbesar keempat di Taiwan ini kami tempuh hanya sekitar satu jam. Tsou Ma Lai diapit oleh sungai Tzeng Wen, bukit Wu San dan pegunungan Alishan. Tak heran, banyak
spot cantik dan unik di kawasan ini untuk ber-swafoto. Perkebunan bertema taman hiburan ini berdiri di lahan seluas 120 hektare. Ada lebih dari 30 fasilitas hiburan dan rekreasi. Mulai dari kolam renang, arena panahan, lapangan golf,
camping hall, ladang bunga, kebun herbal, hingga hutan konservasi tempat hidup spesies hewan langka.
Nikke Chui, Marketing Tsou Ma Lai Leisure Farm membawa kami berkeliling menggunakan sejenis bus terbuka. Dari atas kendaraan, kami dapat leluasa menikmati panorama yang tersaji di sisi kiri dan kanan jalan dalam kawasan. Ini merupakan salah satu fasilitas bagi tamu. Siang itu, pilihan menggunakan bus sangat tepat di tengah terik matahari. Sebenarnya, jika ingin mengendarai sepeda atau mobil sendiri di dalam kawasan juga boleh. “Tapi, khusus mobil, hanya boleh saat
weekdays, saat jalanan dalam kawasan tidak terlalu ramai pengunjung,” tutur Nikke.
Pesona padang rumput Saat mengitari kawasan wisata ini, mata saya menangkap pemandangan sangat istimewa. Padang rumput hijau membentang luas, mirip pertanian di Selandia Baru. Memang, dua pertiga atau 80 ha dari kawasan wisata ini terdiri dari padang rumput. Inilah andalan Tsou Ma Lai Leisure Farm. Hamparan rumput yang tebal bagai karpet beludru itu sangat menghipnotis mata. Bisa ditebak, kami tak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan keajaiban alam itu. “Cantik sekali, cocok untuk pemotretan,” ujar Dewi, salah satu peserta media trip.
Tak jauh dari sana, sekawanan sapi nampak asyik merumput. Ada bagian padang rumput yang dibiarkan tumbuh subur, namun ada juga yang menjadi lokasi ‘bermain’ bagi hewan-hewan peliharaan. Nikke bilang, Tsou Ma Lai juga menggelar aktivitas tahunan, seperti Pasture Festival (festival pertanian) dan Mango Festival. Memang, Distrik Yujing terkenal sebagai penghasil mangga terbesar di Tainan. Sayang, kami belum beruntung, karena dua perayaan istimewa itu digelar sekitar April, Mei dan Juli. Puas berkeliling, kami rehat sembari menikmati makan siang. Menu yang disajikan restoran di sini rasanya terbilang cocok dengan lidah kami. Ada bubur ayam khas Taiwan, aneka hidangan ikan, seafood hingga jamur. Sebagai menu penutup, kami berkesempatan mencicipi es krim produksi Tsou Ma Lai. Aroma
grass mendominasi, karena es krim ini diolah dari ekstrak rumput mirip tebu yang tumbuh di padang rumput setempat. Bagi pengunjung yang ingin bermalam, tak perlu jauh mencari penginapan. Tsou Ma Lai dilengkapi hotel yang terdiri dari 200 kamar. “Tarifnya sekitar Rp 1 juta per malam,” kata Nikke. Saban tahun, rata-rata 60.000 orang berkunjung ke Tsou Ma Lai. Oh iya, setiap pengunjung harus merogoh kocek sebesar NTD 250 atau Rp 110.000 untuk tiket masuk. Dengan tambahan NTD 150, pengunjung bisa leluasa menikmati seluruh wahana yang tersedia.
Dikelilingi bunga dan hutan Lewat tengah hari, kami meninggalkan Tsou Ma Lai menuju destinasi di wilayah sentral Taiwan. Tujuan kami, Tai-Yi Ecological Farm di Puli Town, County Nantou. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk tiba di lokasi yang berada di perbukitan ini. Namun, perjalanan tak terasa bosan, karena disuguhi panorama sawah dan bukit menghijau di sepanjang perjalanan. Bunga salah satu bagian terpenting di Tai-Yi Ecological Farm. Tak heran, memasuki gerbang, pengunjung langsung disambut taman bunga kecil yang dilengkapi sejumlah patung. Bunga dalam wujud lebih beragam tersaji begitu memasuki bagian dalam lokasi. Bunga aneka warna mekar di sejumlah taman yang kami lewati. Ada pula pot-pot berisi bunga yang menggantung di langit-langit taman, hingga
flower wall. Namun, tak semua mekar. Sebab, di sini bunga-bunga mekar terbagi dalam empat musim.
Yang jelas, aroma bunga berpadu dengan udara segar khas perbukitan memenuhi penciuman kami ketika menjelajahi kawasan yang memiliki luas total 13 hektare ini. Sebab, pemilik Tai-Yi Ecological Farm mempertahankan konsep alami ketika menyulap kebun bibit menjadi kawasan perkebunan dan wisata seperti sekarang. Tak heran, panoramanya mampu membawa kami seperti benar-benar berada di tengah hutan. Apalagi, terdapat taman-taman yang dirancang bertema khusus. Seperti, taman hutan tropis yang dipenuhi aneka tanaman pakis dekat aliran sungai kecil. Ada pula deretan pohon willow dan cemara berwarna kuning keemasan yang tumbuh di kolam kecil. Dari sini, panorama bukit tergambar jelas di baliknya. Ini salah satu spot yang cantik untuk ber-swafoto.
Tai-Yi juga mengembangkan kebun buah dalam bentuk rumah kaca. Komoditas andalan yaitu strawberry, tomat, dan markisa. Sama seperti bunga, di sini, buah juga terbagi menjadi empat musim. Pada Januari-Maret, musim panen strawberry. Sementara, tomat siap panen pada April hingga Juni. Adapun, Juli hingga Desember, markisa menjadi andalan. Itu sebabnya, ketika kami menyambangi kebun, hanya markisa yang dapat kami petik. Pengelola Tai-Yi menyediakan fasilitas
trip fruit picking alias petik buah di kebun bagi pengunjung. Memasuki senja, kami beranjak ke bagian tengah kawasan Tai-Yi, yaitu spot penginapan dan restoran. Sebab, sudah waktunya makan malam. Kami berkesempatan mencoba tempat yang unik, yaitu
floating restaurant atau restoran di atas air. Hidangan yang disajikan sebagian besar berbahan jamur dan bunga.
Salah satu yang unik, menu pembuka bertajuk sushi flowers. Sesuai namanya,
appetizer ini berisi sejumlah bunga dan daun selada yang dibalut dengan nori (rumput laut kering). Jika pertama kali melahap sushi ini, mungkin akan merasakan
taste yang agak asing. Bayangkan saja rasanya memakan bunga. Sebagai penetral lidah, ada menu manisan buah dan gelato yang manis. Bagi pengunjung muslim, jangan khawatir, Tai-Yi salah satu agrowisata yang telah mengantongi sertifikasi halal dari Chinese muslim association (CMA). Jadi, tersedia hidangan halal di sini. Kami pun menutup trip hari kedua di sini. Tai-Yi menyediakan fasilitas penginapan skala bintang empat di Tai-Yi Red Maple Resort. Setiap kamar, menyediakan pemandian air panas alias
hot spring water.
"Air panas di sini langsung dari gunung, sehingga kaya mineral,” kata Calem Ngan, International Marketing Secretary TLFDA, yang memandu perjalanan kami. Jika ingin
view beda, ada juga penginapan bergaya arsitektur Eropa di dekat aliran sungai. Dari sini, bisa melihat bintang lewat jendela di malam hari. Atau, yang unik, ada penginapan terapung di atas air. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini