JAKARTA. Kekurangan katalis menyebabkan bursa di kawasan Asia kemarin (12/7) bergerak terbatas dan tak seirama. Beberapa indeks, seperti Hang Seng, Kospi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan penguatan pada akhir pekan lalu. Tapi, indeks Nikkei 225 dan Straits Times Index justru terkoreksi. Secara umum, pergerakan saham Asia tecermin dari indeks MSCI Asia Pasifik yang melemah tipis 0,1% ke 116,02 hingga pukul 18.08 WIB kemarin (12/7).Sentimen positif data ekonomi China sempat mendongkrak harga saham di bursa-bursa Asia. Data surplus perdagangan China, yang dirilis Minggu (11/7), mencatat rekor US$ 20,02 miliar selama Juni, naik 140% daripada periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini meredakan kekhawatiran di tengah ramainya spekulasi risiko resesi kedua. Data itu menunjukkan China masih bisa diharapkan sebagai penopang ekonomi dunia.Apalagi, pelemahan nilai tukar yen turut menggairahkan ekspor Jepang. Kemarin, nilai tukar yen melemah dari ¥ 88,66 per dollar Amerika Serikat (AS) menjadi ¥ 89,16 per dollar AS.Namun kemudian, kekalahan partai yang mengusung Perdana Menteri Jepang Naoto Kan dalam perebutan kursi di majelis dinilai menjadi sentimen negatif. Pasar khawatir, ini akan mengancam posisi Naoto dan rencananya mengatasi utang publik. Alhasil, bursa Nikkei kemarin jatuh 0,39% ke angka 9.548.Kinerja emiten di ASAnalis Harumdana Berjangka Nizar Nilmy menambahkan, belum ada faktor pendorong baru yang bisa menggerakkan pelaku pasar. Di sisi lain, investor juga mengantisipasi musim rilis laporan keuangan di Amerika Serikat (AS), pekan ini. Biasanya, bersama rilis kinerjanya itu, para emiten juga memaparkan prospek kinerja mereka di masa depan. Data ini setidaknya bisa memberi gambaran kondisi sektor riil di AS.Jadi, Nizar memprediksi, pergerakan bursa Asia akan mengacu pada data dan prospek tersebut. "Kalau mayoritas positif, bursa global akan kembali menguat, dan mengangkat saham sejenis di bursa Asia. Begitu pula sebaliknya," ujarnya.Nizar meramalkan, indeks Nikkei 225 hari ini bergulir di 9.480-9.680, indeks Hang Seng di 20.250-20.630, indeks Kospi di 1.700-1.760, dan IHSG di kisaran 2.930-2.990.Sementara itu, Analis Asia Kapital Futures Ibrahim menduga, indeks bursa di Asia hari ini akan cenderung melemah. Ia beralasan, beberapa hari terakhir, sejumlah indeks di kawasan ini telah naik cukup tinggi alias overbought. Jadi, kini bursa rawan koreksi.Ibrahim mencatat, pendorong kenaikan ini adalah data terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang merevisi naik pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini, dari 4,2% menjadi 4,6%. Di luar itu, penurunan klaim pengangguran di AS, dari 465.000 menjadi 454.000, dan keputusan Kanada mengerek suku bunga dianggap sebagai indikator bahwa kedua negara besar ini cepat pulih dari krisis ekonomi."Kemarin kenaikan saham dan minyak mentah lebih dipicu spekulan," imbuh Ibrahim. Ia meramal, indeks Nikkei 225 bergerak di 9.398-9.498, Hang Seng 20.235-20.385, dan IHSG di 2.910-2.950. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pagi Ini, Bursa Asia Diprediksi Masih Melemah
JAKARTA. Kekurangan katalis menyebabkan bursa di kawasan Asia kemarin (12/7) bergerak terbatas dan tak seirama. Beberapa indeks, seperti Hang Seng, Kospi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan penguatan pada akhir pekan lalu. Tapi, indeks Nikkei 225 dan Straits Times Index justru terkoreksi. Secara umum, pergerakan saham Asia tecermin dari indeks MSCI Asia Pasifik yang melemah tipis 0,1% ke 116,02 hingga pukul 18.08 WIB kemarin (12/7).Sentimen positif data ekonomi China sempat mendongkrak harga saham di bursa-bursa Asia. Data surplus perdagangan China, yang dirilis Minggu (11/7), mencatat rekor US$ 20,02 miliar selama Juni, naik 140% daripada periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini meredakan kekhawatiran di tengah ramainya spekulasi risiko resesi kedua. Data itu menunjukkan China masih bisa diharapkan sebagai penopang ekonomi dunia.Apalagi, pelemahan nilai tukar yen turut menggairahkan ekspor Jepang. Kemarin, nilai tukar yen melemah dari ¥ 88,66 per dollar Amerika Serikat (AS) menjadi ¥ 89,16 per dollar AS.Namun kemudian, kekalahan partai yang mengusung Perdana Menteri Jepang Naoto Kan dalam perebutan kursi di majelis dinilai menjadi sentimen negatif. Pasar khawatir, ini akan mengancam posisi Naoto dan rencananya mengatasi utang publik. Alhasil, bursa Nikkei kemarin jatuh 0,39% ke angka 9.548.Kinerja emiten di ASAnalis Harumdana Berjangka Nizar Nilmy menambahkan, belum ada faktor pendorong baru yang bisa menggerakkan pelaku pasar. Di sisi lain, investor juga mengantisipasi musim rilis laporan keuangan di Amerika Serikat (AS), pekan ini. Biasanya, bersama rilis kinerjanya itu, para emiten juga memaparkan prospek kinerja mereka di masa depan. Data ini setidaknya bisa memberi gambaran kondisi sektor riil di AS.Jadi, Nizar memprediksi, pergerakan bursa Asia akan mengacu pada data dan prospek tersebut. "Kalau mayoritas positif, bursa global akan kembali menguat, dan mengangkat saham sejenis di bursa Asia. Begitu pula sebaliknya," ujarnya.Nizar meramalkan, indeks Nikkei 225 hari ini bergulir di 9.480-9.680, indeks Hang Seng di 20.250-20.630, indeks Kospi di 1.700-1.760, dan IHSG di kisaran 2.930-2.990.Sementara itu, Analis Asia Kapital Futures Ibrahim menduga, indeks bursa di Asia hari ini akan cenderung melemah. Ia beralasan, beberapa hari terakhir, sejumlah indeks di kawasan ini telah naik cukup tinggi alias overbought. Jadi, kini bursa rawan koreksi.Ibrahim mencatat, pendorong kenaikan ini adalah data terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang merevisi naik pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini, dari 4,2% menjadi 4,6%. Di luar itu, penurunan klaim pengangguran di AS, dari 465.000 menjadi 454.000, dan keputusan Kanada mengerek suku bunga dianggap sebagai indikator bahwa kedua negara besar ini cepat pulih dari krisis ekonomi."Kemarin kenaikan saham dan minyak mentah lebih dipicu spekulan," imbuh Ibrahim. Ia meramal, indeks Nikkei 225 bergerak di 9.398-9.498, Hang Seng 20.235-20.385, dan IHSG di 2.910-2.950. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News