Pajak digunting, Buffett hemat US$ 29 miliar



WASHINGTON. Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump yang bakal menggunting pajak perusahaan dari semula 35% menjadi 15%, tampaknya akan menguntungkan banyak pengusaha di Negeri Paman Sam. Salah satu yang akan mendapat berkah adalah investor kawakan, Warren Buffett.

Seperti diberitakan Reuters, akhir pekan lalu (5/12) yang mengutip laporan yang dibuat analis Barclays Capital, Jay Gelb menyebutkan bahwa Barclays Capital menyebutkan bahwa perusahaan milik Buffett, yakni Berkshire Hathaway Inc,, akan mendapat keuntungan hingga US$ 29 miliar jika rencana pemangkasan pajak perusahaan jadi diterapkan pemerintahan Trump kelak.

Rencana kebijakan Trump tersebut, akan memangkas pajak Berkshire yang semula bernilai US$ 50,5 miliar menjadi US$ 21,6 miliar. Dari pengurangan pajak perusahaan itu, menurut hitungan Barclays, dapat mengerek pencatatan nilai buku Berkshire sebanyak 11%.


"Kami melihat besarnya dampak positif bagi pemegang saham Berkshire dari kebijakan yang akan diterapkan tersebut," terang Gelb seperti seperti dikutip Reuters.

Janji janji kampanye Trump, terutama soal pemangkasan pajak korporasi memang cukup efektif mendatangkan sentimen positif. Bahkan saham seri A, Berkshire Hathaway telah meningkat sebanyak 8,4% sejak Trump memenangkan pemilu November lalu.

Dan sampai awal pekan ini, harga saham Berkshire Hathaway terus menanjak dan menyentuh posisi tertinggi di posisi US$ 240.500 per saham. Dengan posisi keuntungan Berkshire Hathaway yang kian membumbung, banyak investor berharap Buffett akan menambah investasinya pada saham perbankan, semisal Wells Fargo & Co.

Sebab sebelumnya, Buffett sempat mengatakan pada April lalu, akan menawarkan aksi pembelian kembali saham (buyback) jika ternyata harga saham emiten perbankan itu turun di bawah nilai bukunya yang tercatat 1,2 kali.

Ranking orang kaya dunia

Sejatinya, Buffett sendiri bukan merupakan pendukung Trump. Miliarder tersebut lebih menjagokan dan mendukung saingan Trump, Hillary Clinton dalam pemilu presiden November lalu.

Dalam pertemuan dengan para investornya, Buffett sempat menyatakan, Berkshire tetap akan terus berkembang pesat, tidak peduli siapa yang akan memenangkan Pemilu AS nanti. "Berkshire akan melanjutkan bisnisnya dengan baik," tutur Buffett.

Pada tahun 2013 lalu, Buffett sempat melontarkan pandangan yang menilai pajak perusahaan di Amerika saat ini terlalu tinggi. Kondisi ini tentu akan menyulitkan pelaku usaha di Amerika.

Namun kini, efek Trump berbuah berkah bagi Buffett. Buffet kini kembali merebut posisi kedua dalam daftar orang kaya terkaya dunia versi Bloomberg Billionaires Index, di bawah pendiri Microsoft, Bill Gates.

Editor: Yudho Winarto