Pajak ekspor naik, harga CPO tertahan



JAKARTA. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) bergerak fluktuatif. Spekulasi penurunan stok di Malaysia tidak mampu menopang harga minyak nabati ini.

Analis MNC Securities, Dian Agustina menilai, spekulasi stok CPO Malaysia tak mampu mengangkat harga minyak sawit. Pasalnya, pelaku pasar masih beradaptasi dengan kenaikan pajak ekspor yang diterapkan Malaysia dan Indonesia mulai April ini. Belum lagi, perlambatan ekonomi China memicu spekulasi permintaan global bakal turun.

"Makanya, harga masih sideways," papar Dian, kemarin. Mengutip Bloomberg, Selasa (8/4) pukul 16.00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Juni 2014 di Bursa Derivative Malaysia turun 0,6% dibanding hari sebelumnya menjadi RM 2.606 atau setara US$ 803,02 per metrik ton (MT). Padahal, pada perdagangan pagi, harga CPO sempat merangkak ke level RM 2.637 per MT.


Di awal perdagangan, harga sempat rebound, lantaran pelaku pasar melakukan bargain hunting, karena harga sudah cukup murah. "Harga saat ini mendukung investor berburu diskon," ungkap Donny Khor, wakil direktur berjangka dan komoditas di RHB Investment Bank di Kuala Lumpur, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (8/4).

Apalagi, di awal pekan, survei Bloomberg memprediksi, stok minyak sawit Malaysia per Maret mungkin turun 3,6% menjadi 1,6 juta MT, level terendah sejak Februari 2011.

Head of Research and Analyst Division PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra melihat, pergerakan harga CPO fluktuatif, karena memang sedang dalam fase konsolidasi. Rebound terbatas yang terjadi, kemarin, karena investor berspekulasi ekspor Malaysia per Maret turun 3,1% dibanding bulan sebelumnya.

Masih sideways

Dian memprediksi, masa konsolidasi CPO masih berlanjut hingga akhir bulan ini. Makanya, sepekan ini, ia menduga, harga masih sideways. Walaupun naik, hanya terbatas. "Sepekan ini, CPO akan bergulir di kisaran RM 2.600-RM 2.800," ungkapnya.

Ariston sependapat. Ia menduga, harga CPO masih akan bergerak sideways dengan kecenderungan turun. "Penguatan kurs ringgit Malaysia bisa menekan harga minyak sawit, sebab permintaan ekspor akan cenderung turun," imbuh dia.

Secara teknikal, Ariston menyebut, indikator moving average convergence divergence (AMCD) berada di area negatif, yang mengindikasikan tekanan. Indikator relative strength index (RSI) di bawah area 50. Ini menunjukkan tekanan. Hanya, stochastic sudah di level 19,6%, artinya sudah jenuh jual (oversold). Prediksi Ariston, sampai akhir pekan, harga CPO akan sideways pada kisaran RM 2.580- RM 2.665 per MT.

Hingga semester I-2014, harga CPO bakal berada di kisaran RM 2.480- RM 2.800 per MT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie