KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persiapan peluncuran papan pemantauan khusus masih terus bergulir. Seiringan dengan itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyusun lini pasar untuk papan ini.  

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik menuturkan untuk tahap pertama ini dan masa transisi, Bursa akan lebih dulu menerapkan metode hybrid.

"Yang akan kami terapkan pertama lebih dulu itu, hybrid. Untuk memberi waktu para stakeholder untuk mempersiapkan," imbuh dia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Senin (30/1).

Dalam papan pemantauan khusus ini ada dua mekanisme yang dipakai. Untuk emiten yang masuk karena kriteria likuiditas perdagangan akan perdagangan secara periodic call auction. 

Baca Juga: Begini Rencana Pengembangan Bursa Efek Indonesia di 2023

Dalam tahap pertama ini atau hybrid, mekanisme periodic call auction akan berlaku selama 2 sesi dalam 1 hari. Sedang ketentuan auto rejection di Rp 1 (Rp 1-Rp 10) atau 10% dan batas bawah di Rp 1. 

Sedangkan emiten yang masuk dalam papan pemantauan khusus karena kriteria pemantauan khusus lainnya, akan tetap di perdagangan secara continuous auction tapi dengan auto rejection 10% pada semua rentang dan batas bawah Rp 50. 

Jeffrey bilang mekanisme papan pemantauan khusus ini merupakan sistem baru di Bursa sehingga perlu waktu untuk stakeholder, bursa untuk mempersiapkan sistem dan emiten untuk melakukan penyesuaian. 

"Kami harapkan semuanya bisa dijalankan di 2023," ucap dia. 

Baca Juga: Persiapan Papan Pemantauan Khusus BEI Terus Bergulir, Ini Manfaatnya Bagi Investor

Mengacu dokumen BEI mengenai Pengembangan Papan Pemantauan Khusus, tertulis implementasi metode perdagangan hybrid akan berlangsung pada kuartal I-2023. Sementara untuk yang full call auction akan dilakukan pada Juli 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi