JAKARTA. Gonjang-ganjing industri peternakan dan
poultry sepanjang tahun lalu tak mengguncang bisnis PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Perusahaan ini mampu mencetak penjualan bersih senilai Rp 27,1 triliun, naik 10,8% dibandingkan dengan penjualan bersih tahun 2015 yang mencapai Rp 25 triliun. Setelah dikurangi aneka ragam biaya dan pengeluaran, emiten saham berkode JPFA ini mampu mencatatkan laba bersih sekitar Rp 2,17 triliun sepanjang tahun 2016. Nilai tersebut melejit hingga empat kali lipat dibandingkan laba bersih tahun 2015 yang senilai Rp 524 miliar. Perolehan laba bersih tahun lalu merupakan pencapaian tertinggi sepanjang lima tahun belakangan.
Marcus Kusbyanto Setyadharma, Direktur Japfa, menjelaskan, segmen usaha pakan ternak (
poultry) menopang 45% terhadap bisnis Japfa. "Usaha perunggasan tetap menjadi penopang utama industri, terlepas dari kondisinya yang sangat dinamis di tahun 2016," terang Marcus, Rabu (5/4). Ia menyatakan, secara nominal divisi perunggasan masih menjadi penyumbang terbesar penjualan. Namun, divisi pakan ternak adalah pendukung utama laba perusahaan tersebut sepanjang tahun lalu. Sebanyak 55% kontribusi penjualan lainnya ditopang oleh lima segmen usaha lainnya. Segmen usaha peternakan dan produk konsumen sebesar 30%, bibit ayam atau
day old chicken (DOC) sebesar 11%, peternakan sapi sebesar 4%, budidaya perairan sebesar 6%, serta perdagangan dan lain-lain menyokong bisnis sebesar 4%. Sebagai catatan, tahun lalu pemerintah mulai menerapkan aturan ketat tata niaga pakan ternak. Misalnya, membatasi impor jagung bahan baku pakan, hingga pemusnahan DOC dan induk ayam untuk menekan over produksi. Nyatanya, Japfa mampu menyiasatinya sehingga secara umum bisnis perusahaan ini tetap tumbuh sepanjang tahun lalu. Kelola bahan baku Tahun ini, Marcus menjelaskan, Japfa menyiapkan sejumlah langkah strategis di bidang bisnis. Misalnya, perusahaan ini akan menjalankan efisiensi produksi, serta menekan timbunan persediaan (stok). Pun halnya dalam penggunaan belanja modal, akan dihitung dengan cermat. Perusahaan ini juga akan mencari sumber pendanaan yang murah dan berbunga rendah untuk memenuhi pendanaannya. "Japfa akan menggelar
refinancing kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat," ungkapnya. Manajemen perusahaan ini menyadari bahwa tantangan bisnis pakan ternak tahun ini masih besar. Apalagi pemerintah akan menutup total keran impor jagung sehingga produsen pakan ternak hanya bisa memenuhi bahan baku dari jagung lokal.
Untuk menyiasati aturan itu, Japfa akan mengandalkan fasilitas gudang penyimpanan (silo) jagung. Tujuannya supaya bisa menjaga stok kebutuhan bahan baku. Saat ini Japfa memiliki sejumlah silo yang berada di 14 lokasi. Tahun ini, perusahaan tersebut akan menambah enam unit silo baru berkapasitas 42.000 ton. Selain membangun gudang baru penyimpanan jagung, Japfa juga akan membangun fasilitas alat pengering (
dryer). Nilai investasi fasilitas pengering ini berkisar antara US$ 1,5 juta-US$ 2,5 juta untuk fasilitas pengeringan yang berkapasitas 1.000 ton jagung per hari. Dengan berbagai upaya tersebut, perusahaan ini berharap bisa menjaga tingkat keuntungan, kendati tantangan bisnis tahun ini relatif masih berat dan sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Berbekal strategi itu, Japfa optimistis mencapai target pertumbuhan bisnis setidaknya 10% sepanjang tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini