Pakar: China harus pertimbangkan vaksinasi Covid-19 anak di bawah 12 tahun



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Seorang pakar otoritas pengendalian penyakit China mengatakan, negara tersebut harus mempertimbangkan untuk melakukan vaksinasi anak-anak berusia di bawah 12 tahun. Tujuannya untuk lebih meningkatkan program vaksinasi Covid-19. Pasalnya, data menunjukkan lebih dari 70% populasi telah menerima suntikan Covid-19 mereka.

Reuters memberitakan, negara ini telah selesai memberikan dosis penuh kepada 1,01 miliar orang, atau sekitar 72% dari 1,4 miliar penduduknya pada 15 September. Ini menjadikan China sebagai salah satu negara yang warganya paling banyak divaksinasi terhadap Covid-19 di seluruh dunia.

Tetapi Wang Huaqing, kepala ahli program imunisasi China di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mengatakan China harus tetap waspada karena varian Delta yang sangat menular merusak upaya untuk membangun kekebalan kelompok.


"Hanya ketika lebih banyak orang divaksinasi, efek (vaksin) dapat benar-benar terwujud," kata Wang dalam jumpa pers. "Orang di bawah usia 12 tahun, yang belum divaksinasi, harus dipertimbangkan juga (untuk program imunisasi China)."

Baca Juga: Risiko Covid-19 tinggi, CDC AS sarankan warganya tidak ke 9 negara ini

Data dari otoritas setempat menunjukkan, Pernyataan itu muncul ketika wabah di provinsi tenggara Fujian telah menyebabkan 200 kasus lokal dalam waktu kurang dari seminggu, termasuk infeksi di antara siswa yang tidak divaksinasi dari setidaknya lima sekolah dasar dan empat taman kanak-kanak.

Dua vaksin utama China, yang dikembangkan oleh Sinovac dan Sinopharm, telah disetujui untuk digunakan pada anak-anak dari usia tiga tahun. Akan tetapi pihak berwenang yang bertanggung jawab atas peluncuran vaksinasi belum membuat anak-anak di bawah 12 tahun memenuhi syarat untuk program tersebut.

Baca Juga: Flu dan Covid-19 punya gejala mirip, ini 3 cara membedakan

"China harus terus meningkatkan strategi imunisasinya melawan Covid-19 dan mengembangkan vaksin yang lebih baik," kata Wang.

Selanjutnya: Moderna: Perlindungan vaksin COVID-19 berkurang, sehingga perlu booster

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie